Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan demam tinggi diikuti dengan benjolan pada lipatan kulit di beberapa bagian tubuh menjadi ciri khas gejala yang dialami pasien cacar monyet atau Monkeypox.
"Kalau ditanya gejala yang khas dari cacar monyet ini ada demam tinggi di atas 38 derajat celcius. Lalu merasakan sakit kepala yang berat, juga ada limfadenopati yaitu benjolan di leher, ketiak, ataupun di selangkangan," kata Mohammad Syahril dalam jumpa pers secara virtual yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Rabu.
Syahril yang juga menjabat Dirut RSPI Sulianti Saroso mengatakan masa inkubasi penyakit berlangsung 5-13 hari atau 5-21 hari dengan dua periode.
Masa inkubasi awal memicu gejala demam tinggi diikuti dengan sefalgia berat atau nyeri kepala, limfadenopati, myalgia atau nyeri otot, dan astenia atau kekurangan energi.
Pada masa inkubasi periode dua atau erupsi, terjadi ruam pada kulit. Ruam 95 persen berada di wajah, telapak tangan, dan kaki 75 persen. Mukosa 20 persen, alat kelamin 30 persen, selaput lendir mata 20 persen.
Syahril mengatakan sebelumnya ada sembilan kasus dugaan Monkeypox yang kemudian dilakukan tes dan hasilnya negatif, sehingga jumlah kasus di Tanah Air masih nihil hingga sekarang.
"Situasi di Indonesia, dari pertama kali ada di Inggris sampai dengan hari ini, belum ada kasus-kasus. Cuma kemarin itu ada sembilan kasus yang suspek, tapi ternyata hasilnya negatif, tidak ditemukan," ujarnya.
Ilustrasi - Monkeypox. (ANTARA/HO-Sutterstock)
Waspadai importasi dari negara tetangga
Kementerian Kesehatan RI sedang mewaspadai potensi importasi kasus cacar monyet atau Monkeypox dari Singapura dan Australia sebagai negara tetangga Indonesia.
"Sampai saat ini ada 17.156 kasus. Angkanya naik di Juli 2022 ini. Kenaikannya cepat, dan telah diumumkan darurat global kesehatan," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril saat menyampaikan keterangan pers terkait perkembangan Monkeypox di Indonesia yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Rabu.
Syahril mengatakan terdapat sepuluh negara dengan kasus terbesar Monkeypox di antaranya Kanada 681 kasus, Amerika Serikat 2.581 kasus, Inggris 2.213 kasus, Portugal 588 kasus, Spanyol 3.125 kasus, Belanda dan Jerman masing-masing 712 kasus, Prancis 1.562 kasus, Italia 407 kasus.
"Saat ini ada sepuluh negara terbesar dengan penyakit Monkeypox, dua negara tetangga Indonesia, Singapura (enam kasus) dan Australia (41 kasus) perlu diwaspadai," katanya.
Menurut Syahril, rata-rata pasien adalah laki-laki berusia 37 tahun. Sebanyak 41 persen kasus memiliki status HIV positif yang sudah dilaporkan ke WHO.
Hingga saat ini ada lima kematian yang dilaporkan akibat Monkeypox yang dialami kelompok usia terbanyak 15-40 tahun, kata Syahril menambahkan.
"Umumnya pasien bergejala demam, memiliki lesi di kulit dan mulut, kemudian ruam dan sulit makan serta batuk," katanya.
Pada awalnya, kata Syahril, Monkeypox pada manusia terjadi di Afrika Selatan dan Afrika Tengah pada 1970. Per 6 Mei 2022, mulai dilaporkan Inggris, 27 Juli 2022 sudah ada 75 negara yang terinfeksi dengan total 17 ribu lebih kasus.
Pada 23 Juli 2022, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Monkeypox situasi darurat dunia karena mengalami lonjakan kasus.
Sampai saat ini kasus Monkeypox belum terdeteksi di Indonesia. Sebelumnya, Kemenkes mendeteksi sembilan kasus suspek dengan hasil negatif berdasarkan diagnosa laboratorium.*
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes: Demam tinggi dan benjolan lipatan kulit ciri khas Monkeypox
"Kalau ditanya gejala yang khas dari cacar monyet ini ada demam tinggi di atas 38 derajat celcius. Lalu merasakan sakit kepala yang berat, juga ada limfadenopati yaitu benjolan di leher, ketiak, ataupun di selangkangan," kata Mohammad Syahril dalam jumpa pers secara virtual yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Rabu.
Syahril yang juga menjabat Dirut RSPI Sulianti Saroso mengatakan masa inkubasi penyakit berlangsung 5-13 hari atau 5-21 hari dengan dua periode.
Masa inkubasi awal memicu gejala demam tinggi diikuti dengan sefalgia berat atau nyeri kepala, limfadenopati, myalgia atau nyeri otot, dan astenia atau kekurangan energi.
Pada masa inkubasi periode dua atau erupsi, terjadi ruam pada kulit. Ruam 95 persen berada di wajah, telapak tangan, dan kaki 75 persen. Mukosa 20 persen, alat kelamin 30 persen, selaput lendir mata 20 persen.
Syahril mengatakan sebelumnya ada sembilan kasus dugaan Monkeypox yang kemudian dilakukan tes dan hasilnya negatif, sehingga jumlah kasus di Tanah Air masih nihil hingga sekarang.
"Situasi di Indonesia, dari pertama kali ada di Inggris sampai dengan hari ini, belum ada kasus-kasus. Cuma kemarin itu ada sembilan kasus yang suspek, tapi ternyata hasilnya negatif, tidak ditemukan," ujarnya.
Waspadai importasi dari negara tetangga
Kementerian Kesehatan RI sedang mewaspadai potensi importasi kasus cacar monyet atau Monkeypox dari Singapura dan Australia sebagai negara tetangga Indonesia.
"Sampai saat ini ada 17.156 kasus. Angkanya naik di Juli 2022 ini. Kenaikannya cepat, dan telah diumumkan darurat global kesehatan," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril saat menyampaikan keterangan pers terkait perkembangan Monkeypox di Indonesia yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Rabu.
Syahril mengatakan terdapat sepuluh negara dengan kasus terbesar Monkeypox di antaranya Kanada 681 kasus, Amerika Serikat 2.581 kasus, Inggris 2.213 kasus, Portugal 588 kasus, Spanyol 3.125 kasus, Belanda dan Jerman masing-masing 712 kasus, Prancis 1.562 kasus, Italia 407 kasus.
"Saat ini ada sepuluh negara terbesar dengan penyakit Monkeypox, dua negara tetangga Indonesia, Singapura (enam kasus) dan Australia (41 kasus) perlu diwaspadai," katanya.
Menurut Syahril, rata-rata pasien adalah laki-laki berusia 37 tahun. Sebanyak 41 persen kasus memiliki status HIV positif yang sudah dilaporkan ke WHO.
Hingga saat ini ada lima kematian yang dilaporkan akibat Monkeypox yang dialami kelompok usia terbanyak 15-40 tahun, kata Syahril menambahkan.
"Umumnya pasien bergejala demam, memiliki lesi di kulit dan mulut, kemudian ruam dan sulit makan serta batuk," katanya.
Pada awalnya, kata Syahril, Monkeypox pada manusia terjadi di Afrika Selatan dan Afrika Tengah pada 1970. Per 6 Mei 2022, mulai dilaporkan Inggris, 27 Juli 2022 sudah ada 75 negara yang terinfeksi dengan total 17 ribu lebih kasus.
Pada 23 Juli 2022, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Monkeypox situasi darurat dunia karena mengalami lonjakan kasus.
Sampai saat ini kasus Monkeypox belum terdeteksi di Indonesia. Sebelumnya, Kemenkes mendeteksi sembilan kasus suspek dengan hasil negatif berdasarkan diagnosa laboratorium.*
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes: Demam tinggi dan benjolan lipatan kulit ciri khas Monkeypox