Kendari (ANTARA) - Tim peneliti dari Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang melakukan penelitian di Sulawesi Tenggara menyimpulkan bahwa praktik ekonomi hijau belum maksimal.

"Dari hasil penelitian kami bahwa praktek ekonomi hijau perlu lebih banyak melibatkan masyarakat lokal sehingga dapat bermanfaat bagi pembangunan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat lokal di Provinsi Sulawesi Tenggara," ujar Tim Peneliti BRIN, Devi Darmawan saat memberi keterangan kepada wartawan di Kendari, Rabu.

Bersama dua peneliti lainnya yakni Rachmi Agustiyanti (BPS) dan Terry Indrabudi (BRIN) menyampaikan hal itu usai mengadakan Forum Group Diskusi (FGD) terkait praktek ekonomi hijau di Sultra dengan melibatkan beberapa nara sumber sebagai pembanding diantaranya Dr. Abdul Mana, MSc (Akademisi UHO), Dr. Eka Paksi, MSi dari Bappeda Sultra, Ka Balai Taman Nasional Wakatobi, Dinas Perikanan dan Kelautan serta dari Dinas Koperasi UMKM dan unsur LSM di daerah itu.

Menurut Devi, dalam hasil penelitian yang dilakukan sejak bulan Mei 2022 itu terpusat pada empat sektor yang diteliti meliputi sektor pertanian dalam arti luas, energi, perikanan dan lingkungan (pengelola sampah).

Ia menyebutkan, sektor pengelolaan lingkungan lanjut dia, limbah rumah tangga ternyata dikelola di saat ada program dari pemerintah ataupun dari lembaga donor, dan tidak berkelanjutan.

Sebagian sektor telah mengimplementasikan praktik ekonomi hijau berbasis pemberdayaan masyarakat dan lingkungan yang berkelanjutan, seperti sektor perikanan di Kabupaten Wakatobi. Tim Peneliti BPS bekerjasama dengan BRIN saat melakukan diskusi dalam kegiatan FGD dengan beberapa Instansi terkait di Kendari, Rabu (13/7). ANTARA/Azis Senong
"Sengaja kami banyak mengangkat Kabupaten Wakatobi dalam penelitian kami, karena menilai masyarakat setempat dalam mengelola perikanan benar-benar masih ramah dan tidak berlebihan dalam arti pemborosan dan sesuai dengan kebutuhan," tuturnya

Pada sektor pertambangan dapat dilakukan dengan menerapkan bahan bakar ramah lingkungan seperti penggunaan batubara ramah lingkungan clean coal dan biodiesel (B20 dan B30), Pengelolaan eco-tourism berbasis pengelolaan limbah plastik dan pemberdayaan lingkungan berbasis kearifan lokal.

"Maka dari itu, hasil pemetaan kami, belum di temukan praktek ekonomi hijau di sektor industri pertambangan, sebab kegiatan eksplorasi masih dilakukan dan lebih sedihnya lagi adalah hampir semua pemilik-pemilik tambang di Sultra adalah orang dari luar Sultra," ujarnya.

Lanjut dia, meskipun pada dasarnya praktek ekonomi hijau sudah mulai diimplementasikan di beberapa sektor, namun masih dalam lingkup yang kecil belum melibatkan masyarakat/komunitas, dan kegiatan tersebut dilakukan di sekitar pesisir.

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024