San Antonio (ANTARA) - Terdakwa pengemudi truk pengangkut puluhan migran yang tewas dalam panas terik selama penyelundupan di Texas diduga mengonsumsi metamfetamin ketika polisi menemukannya, kata anggota parlemen AS kepada Reuters.

Anggota parlemen itu mengutip informasi penegak hukum.

Polisi San Antonio menemukan Homero Zamorano Jr, seorang penduduk asal Texas, bersembunyi di semak-semak dekat truk peti kemas yang ditinggalkan pada Senin, menurut dokumen yang diajukan di pengadilan federal pada Kamis. Lima puluh tiga migran kehilangan nyawa, menjadikannya insiden penyelundupan paling mematikan yang pernah tercatat di Amerika Serikat.

Anggota DPR AS Henry Cuellar, seorang Demokrat yang distriknya mencakup bagian timur San Antonio, mengatakan kepada Reuters pada Kamis bahwa Zamorano ditemukan mengonsumsi metamfetamin, obat sintetis yang kuat mempengaruhi sistem organ tubuhnya.

Cuellar mengatakan dia diberi penjelasan tentang masalah ini oleh Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS tetapi tidak tahu bagaimana pihak-pihak berwenang membuat keputusan itu.

Seorang pejabat CBP, yang berbicara dengan syarat anonim, secara terpisah mengatakan kepada Reuters bahwa Zamorano terpengaruh metamfetamin dalam sistem organ tubuhnya.

Reuters tidak segera dapat secara independen mengonfirmasi laporan dugaan penggunaan narkoba itu.

Zamorano, 45, muncul di pengadilan federal di San Antonio pada Kamis saat dakwaan perdagangan manusia terhadapnya dibacakan. Jika terbukti bersalah, dia menghadapi hukuman maksimum penjara seumur hidup atau hukuman mati dan denda hingga 250.000 dolar AS (Rp3,73 miliar).

Dia didampingi oleh pengacara publik Jose Gonzalez-Falla, yang tidak segera menanggapi permintaan komentar. Hakim Elizabeth Chestney mengatakan Zamorano akan ditahan sampai sidang berikutnya, pada 6 Juli.

Para petugas menggambarkan menemukan pintu belakang truk terbuka dengan jasad ditumpuk di dalamnya dan terasa panas saat disentuh. Di dekat semak-semak, petugas menemukan korban lain, beberapa meninggal. Para petugas menemukan Zamorano bersembunyi di dekat para korban dan membawanya ke rumah sakit setempat untuk evaluasi medis, kata jaksa. Para petugas Meksiko mengatakan dia telah mencoba untuk berpura-pura sebagai salah satu korban yang selamat.

Belum jelas rumah sakit mana yang mengevaluasi Zamorano.

Truk itu membawa migran dari Meksiko, Guatemala, Honduras, dan El Salvador dan ditemukan di kawasan industri terpencil di dekat jalan raya di pinggiran perbatasan AS-Meksiko.

  Truk-truk menunggu dalam antrian untuk menyebrang masuk ke Amerika Serikat di Jembatan Internasional Jeronimo-Santa Teresa yang menghubungkan kota Ciudad Juarez dan Santa Teresa, Nuevo Mexico, setelah Gubernur Texas, Greg Abbott, mengumumkan bahwa jalur komersial truk dari Chihuahua menuju Texas akan segera kembali normal setelah kesepatakan keamanan perbatasan dengan gubernur negara bagian Meksiko, di Ciudad Juarez, Meksiko, Kamis (14/4/2022). (ANTARA FOTO/REUTERS/Jose Luis Gonzalez/aww/cfo)



Sebelumnya diwartakan sebanyak 46 jasad  migran ditemukan  di dalam sebuah truk peti kemas pada Senin (27/6)  di San Antonio, Texas, kata para  pejabat kota.

Penemuan itu merupakan  salah satu insiden penyelundupan manusia paling mematikan baru-baru ini di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.

Seorang pejabat Departemen Pemadam Kebakaran San Antonio mengatakan pihaknya menemukan "tumpukan mayat" dan tidak ada rambu peringatan  di truk itu,  yang ditemukan di sebelah rel kereta api di daerah terpencil di pinggiran selatan kota.

Enam belas orang lain yang ditemukan di dalam trailer itu diangkut ke rumah sakit karena suhu  badan yang tinggi dan kelelahan, termasuk empat anak di bawah umur, tetapi tidak ada anak-anak di antara yang tewas, kata departemen tersebut.

"Pasien yang kami lihat terasa panas saat disentuh, mereka menderita serangan panas, kelelahan," kata Kepala Pemadam Kebakaran San Antonio Charles Hood dalam konferensi pers. "Itu adalah truk peti kemas berpendingin tetapi tidak ada unit AC yang berfungsi di ruang peti kemas itu."

Suhu di San Antonio, yang berjarak sekitar 160 mil (250 km) dari perbatasan Meksiko, naik hingga mencapai 103 derajat Fahrenheit (39,4 derajat Celcius) pada Senin dengan kelembapan tinggi.

Kepala Polisi kota William McManus mengatakan seseorang yang bekerja di gedung terdekat mendengar teriakan minta tolong dan keluar untuk menyelidiki. Pekerja menemukan pintu peti kemas terbuka sebagian dan melihat ke dalam dan menemukan sejumlah mayat.

McManus mengatakan ini adalah insiden terbesar untuk kadus itu di kota tersebut dan tiga orang ditahan setelah insiden itu, meskipun keterlibatan mereka belum jelas.

Seorang juru bicara Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE) mengatakan bahwa divisi Investigasi Keamanan Dalam Negeri bekerja sama dengan polisi sedang menyelidiki "dugaan penyelundupan 

Kematian itu sekali lagi menyoroti tantangan dalam mengendalikan penyeberangan migran di perbatasan AS-Meksiko, yang telah mencapai rekor tertinggi.

Masalah ini terbukti sulit bagi Presiden AS Joe Biden, seorang Demokrat yang mulai menjabat pada Januari 2021, yang berjanji untuk membalikkan beberapa kebijakan imigrasi garis keras pendahulunya dari Partai Republik Donald Trump. Partai Republik telah mengkritik strategi perbatasan Biden menjelang pemilihan kongres paruh waktu pada November.

Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard menyebut di Twitter bahwa kematian  para migran di dalam truk itu sebagai "tragedi di Texas" dan mengatakan pejabat konsuler akan pergi ke rumah sakit tempat para korban dibawa untuk membantu "sedapat mungkin."

Seorang juru bicara kementerian luar negeri Honduras mengatakan kepada Reuters bahwa konsulat negara itu di Houston dan Dallas akan menyelidiki insiden tersebut.

Ebrard mengatakan dua warga Guatemala dirawat di rumah sakit dan kementerian luar negeri Guatemala mengatakan di Twitter bahwa pejabat konsuler pergi ke rumah sakit "untuk memverifikasi apakah ada dua anak Guatemala di bawah umur  di sana dan dalam kondisi apa mereka."

Jalan tol I-35 di dekat tempat truk itu ditemukan membentang melalui San Antonio dari perbatasan Meksiko dan merupakan koridor penyelundupan yang populer karena volume lalu lintas truk yang besar, menurut Jack Staton, mantan pejabat senior unit investigasi ICE yang pensiun pada Desember.

Pada Juli 2017, 10 migran meninggal setelah diangkut dengan truk peti kemas yang ditemukan oleh polisi San Antonio di tempat parkir Wal-Mart. Pengemudi, James Matthew Bradley, Jr., pada tahun berikutnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena perannya dalam operasi penyelundupan.

Staton mengatakan para migran secara teratur dicegat di kawasan  itu sejak insiden 2017. "Hanya masalah waktu sebelum tragedi seperti ini akan terjadi lagi," katanya.


Sumber: Reuters


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Terdakwa sopir truk pengangkut jasad migran Texas konsumsi narkoba

Pewarta : Mulyo Sunyoto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024