Kendari (ANTARA) - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Regional Sulawesi Tenggara mengharapkan kepala daerah atau para bupati mengawasi produksi gabahnya agar tidak keluar guna menjaga ketersediaan di daerah setempat.

"Kita berharap produksi padi petani menjadi kekuatan pangan di daerah. Ketersediaan kebutuhan beras untuk warga masyarakat setempat," kata Kepala Divisi Regional Bulog Sultra Siti Mardati Saing di Kendari, Rabu.

Bulog sebagai perusahaan negara yang bertugas menjaga stabilitas harga dituntut memastikan tiga hal, yakni ketersediaan pangan khususnya beras, distribusi yang maksimal dan keterjangkauan harga untuk masyarakat.

"Di tingkat petani kini mulai panen. Kita harapkan hasil panen tidak menguap ke luar daerah, sehingga menjamin ketersediaan stok. Di sini kita mengharapkan peran pemerintah daerah," katanya.

Bulog mengapresiasi langkah-langkah para kepala daerah, seperti Konawe dan Konawe Selatan yang sudah mengingatkan petani agar tidak menjual gabah ke pengusaha atau pembeli gabah luar daerah.

Tahun 2022, Bulog Sultra menargetkan pengadaan beras petani sebanyak 20 ribu ton atau sama dengan tahun 2021.

"Target serapan adalah kebijakan Bulog Pusat dengan berbagai kajian atau analisis kinerja beberapa tahun sebelumnya," katanya.

Bulog Sultra optimistis target pengadaan 20 ribu ton tahun 2022 dapat dicapai karena areal produksi sawah organik digarap maksimal pada musim tanam yang sudah memulai panen.

Pemerintah melalui Bulog membeli beras petani tahun 2022 seharga Rp8.300/kilogram.

Pewarta : Sarjono
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024