Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Vonny Ingkiriwang, Sp.A mengatakan, salah satu gejala yang bisa dikenali saat anak terkena infeksi telinga tengah yakni merasa nyeri saat telinganya tersenggol.
"Kalau ibu membantu anaknya itu misalnya mengganti pakaian misalnya memakai kaos, kita suka buka angkat atas kaosnya tersenggol telinganya anak akan berteriak, menangis karena kesakitan," ujar Vonny Ingkiriwang dalam sebuah webinar, dikutip Senin.
Vonny mengatakan, saat Anda menyentuh bagian telinga yang terasa nyeri bagi anak, Anda bisa tahu ada sesuatu di telinga anak dan penyebab terseringnya karena infeksi telinga tengah atau disebut dengan otitis media. Nyeri menandakan kondisi anak sudah masuk ke kronis.
"Pada saat awal otitis media ini terjadi infeksi di dalam telinga tengah jadi kalo kita melihat membrannya itu menggembung dan dikatakan kondisi ini akut. Tapi suatu saat membran itu akan pecah dan keluarlah cairan berupa nanah, ini sudah dikatakan ke arah kronis," kata dia.
Pada kondisi yang sudah kronis, penanganannya dilakukan atas pentunjuk dokter.
Selain nyeri, gejala otitis media juga mencakup wajah anak yang terlihat kesakitan atau seperti mengantuk, demam tetapi tidak jelas penyebabnya karena anak tak mengalami batuk atau pilek misalnya.
Dari sisi faktor risiko, dikutip dari Mayo Clinic, infeksi telinga antara lain usia. Anak-anak antara usia 6 bulan dan 2 tahun lebih rentan terhadap infeksi telinga karena ukuran dan bentuk saluran eustachius mereka dan karena sistem kekebalan mereka masih berkembang.
Anak-anak yang dirawat dalam pengaturan kelompok lebih mungkin terkena pilek dan infeksi telinga daripada anak-anak yang tinggal di rumah. Anak-anak dalam kelompok pengaturan terkena lebih banyak infeksi, seperti flu biasa.
Selain itu, bayi yang minum dari botol, terutama saat berbaring cenderung lebih sering mengalami infeksi telinga daripada bayi yang diberi ASI.
Aspek lingkungan seperti paparan asap tembakau atau polusi udara tingkat tinggi juga dapat meningkatkan risiko infeksi telinga.
Faktor lainnya yakni perbedaan struktur tulang dan otot pada anak-anak yang memiliki celah langit-langit dapat membuat saluran eustachius lebih sulit untuk mengalir.
Sebagian besar infeksi telinga tidak menyebabkan komplikasi jangka panjang. Tetapi, infeksi telinga yang terjadi berulang kali dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan pendengaran, keterlambatan bicara atau perkembangan, penyebaran infeksi dan robeknya gendang telinga.
"Kalau ibu membantu anaknya itu misalnya mengganti pakaian misalnya memakai kaos, kita suka buka angkat atas kaosnya tersenggol telinganya anak akan berteriak, menangis karena kesakitan," ujar Vonny Ingkiriwang dalam sebuah webinar, dikutip Senin.
Vonny mengatakan, saat Anda menyentuh bagian telinga yang terasa nyeri bagi anak, Anda bisa tahu ada sesuatu di telinga anak dan penyebab terseringnya karena infeksi telinga tengah atau disebut dengan otitis media. Nyeri menandakan kondisi anak sudah masuk ke kronis.
"Pada saat awal otitis media ini terjadi infeksi di dalam telinga tengah jadi kalo kita melihat membrannya itu menggembung dan dikatakan kondisi ini akut. Tapi suatu saat membran itu akan pecah dan keluarlah cairan berupa nanah, ini sudah dikatakan ke arah kronis," kata dia.
Pada kondisi yang sudah kronis, penanganannya dilakukan atas pentunjuk dokter.
Selain nyeri, gejala otitis media juga mencakup wajah anak yang terlihat kesakitan atau seperti mengantuk, demam tetapi tidak jelas penyebabnya karena anak tak mengalami batuk atau pilek misalnya.
Dari sisi faktor risiko, dikutip dari Mayo Clinic, infeksi telinga antara lain usia. Anak-anak antara usia 6 bulan dan 2 tahun lebih rentan terhadap infeksi telinga karena ukuran dan bentuk saluran eustachius mereka dan karena sistem kekebalan mereka masih berkembang.
Anak-anak yang dirawat dalam pengaturan kelompok lebih mungkin terkena pilek dan infeksi telinga daripada anak-anak yang tinggal di rumah. Anak-anak dalam kelompok pengaturan terkena lebih banyak infeksi, seperti flu biasa.
Selain itu, bayi yang minum dari botol, terutama saat berbaring cenderung lebih sering mengalami infeksi telinga daripada bayi yang diberi ASI.
Aspek lingkungan seperti paparan asap tembakau atau polusi udara tingkat tinggi juga dapat meningkatkan risiko infeksi telinga.
Faktor lainnya yakni perbedaan struktur tulang dan otot pada anak-anak yang memiliki celah langit-langit dapat membuat saluran eustachius lebih sulit untuk mengalir.
Sebagian besar infeksi telinga tidak menyebabkan komplikasi jangka panjang. Tetapi, infeksi telinga yang terjadi berulang kali dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan pendengaran, keterlambatan bicara atau perkembangan, penyebaran infeksi dan robeknya gendang telinga.