Kendari (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tenggara terus melakukan koordinasi dan kesiapsiagaan dengan BPBD kabupaten/kota se-Sultra dalam melakukan mitigasi bila terjadi bencana alam.

"Bila terjadi bencana alam, yang paling banyak tahu dan berperan untuk melakukan pertolongan pertama adalah BPBD kabupaten/kota. Tetapi bila sudah sangat teknis yang tidak mampu ditangani kabupaten/kota, maka provinsi yang turun langsung," kata Sekretaris BPBD Sultra, Andrian di Kendari, Selasa.

Ia mengatakan, BPBD Sultra selama ini terus membangun koordinasi dengan semua pemangku kepentingan, tidak hanya BPBD yang ada di kabupaten Kota, namun instansi teknis seperti dari Dinas Sosial, Pekerjaan Umum, BMKG dan institusi TNI-Polri dalam melakukan mitigai jika terjadi alam di daerah tersebut.

Sebab, kata dia, berdasarkan data dari BNPB pusat mencatat, Indeks Resiko Bencana alam dari 17 kabupaten kota di Sultra, semua kabupaten masuk dalam berisiko tinggi kecuali Kota Kendari, kabupaten Kolaka, Kolaka Timur dan Wakatobi beresiko sedang.

"Ini artinya 13 kabupaten dan satu kota di Sultra yakni, Kota Baubau, Kabupaten Kolaka Utara, Muna, Muna Barat, Buton Utara, Konawe, Konawe Utara, Konawe Selatan, Buton, Buton Tengah, Buton Selatan dan Bombana dikategorikan resiko bencana tergolong tinggi," ujarnya.

Terkait kegiatan pelatihan kebencanaan, Andrian yang didampingi Kabid Penanganan Darurat dan Logistik BPBD Sultra, Dedet Ilnari Yusta mengatakan selama masa pandemi COVID-19 sifat pertemuan ditiadakan, namun komunikasi tetap dibangun dengan BPBD kabupaten kota dan koordinasi dengan tim relawan yang jumlahnya mencapai 100 orang tetap siap siaga 24 jam kapan dan dimanapun bila menyangkut bantuan bencana kemanusiaan.

"Jadi selain kita memiliki relawan yang tersebar di seluruh kabupaten kota, juga menyiagakan sebanyak 20 personil Tim Reaksi Cepat (TRC)," katanua  seraya menambahkan bahwa TRC ini adalah orang-orang yang sudah terlatih dengan 1X24 jam siaga.

Ia juga mengimbau kepada masyarakat bahwa dalam kondisi fenomena alam "La Nina" yang akhir-akhir tergolong extrem, untuk tidak luput memantau informasi yang disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi cuaca sebelum melakukan aktifitas.

"Hal ini bertujuan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan bisa terjadi," demikian Andrian .

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024