Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpeluang terjadi di beberapa wilayah perairan Indonesia pada 3 - 4 Desember 2021.
Menurut siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat, gelombang yang sangat tinggi kisaran 4,0 - 6,0 meter berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara dan perairan utara Kep. Natuna.
Hal tersebut dipengaruhi pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari Barat - Utara dengan kecepatan angin berkisar 5 - 30 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Barat Daya - Barat Laut dengan kecepatan angin berkisar 5 - 30 knot.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna Utara, perairan Kep. Anambas - Kep. Natuna, perairan timur Kep. Bintan, Laut Halmahera, perairan utara Kep. Talaud, Samudra Pasifik utara Papua Barat - Papua.
Kondisi tersebut juga menyebabkan peningkatan gelombang setinggi 1,25 - 2,50 meter yang berpeluang terjadi di beberapa perairan seperti perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan P. Simeulue - Kep. Mentawai, Samudra Hindia barat Aceh - Kep. Nias, perairan pesisir Bengkulu, perairan selatan Bali - P. Sumba, Selat Bali - Lombok - Alas bagian selatan, Samudra Hindia Selatan NTT, Selat Sape bagian selatan, Laut Sawu dan Selat Sumba bagian barat, perairan selatan Kupang - P. Rotte, perairan selatan Kep. Anambas, Laut Natuna, perairan timur Kep. Bintan, perairan Kep. Sangihe, perairan selatan Kep. Talaud, perairan Bitung - Kep. Sitaro, Laut Maluku, perairan Kep. Hamahera, Laut Halmahera, perairan utara Papua Barat - Papua, Samudra Pasifik utara Papua.
Kemudian, memicu gelombang yang lebih tinggi kisaran 2,50 - 4,0 meter berpeluang terjadi di perairan Indonesia lainnya adalah perairan barat P. Enggano, perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Kep. Mentawai - Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten - Sumbawa, Samudra Hindia selatan Banten - NTB, perairan barat dan selatan Kep.o Natuna, perairan Kep. Subi Serasan, perairan utara Kep. Anambas, perairan utara Kep. Talaud, Samudra Pasifik utara Halmahera - Papua Barat.
Sementara itu, Siklon tropis Nyatoh (955 hPa) terpantau di Laut Filipina utara Papua memberikan dampak pada ketinggian gelombang di wilayah perairan Kep. Sangihe - Kep. Talaud, perairan Kep. Halmahera, Laut Maluku, Laut Halmahera, Samudra Pasifik utara Halmahera - Papua.
Eks Siklon Tropis Teratai terpantau di Samudra Hindia barat daya Banten memberikan dampak pada ketinggian gelombang di wilayah perairan barat Lampung - selatan Jawa Tengah, Selat Sunda dan Samudra Hindia barat Lampung - Jawa Barat serta terdapat bibit siklon 94W di Teluk Bengal.
Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran. Untuk itu, BMKG selalu mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama bagi nelayan yang beraktivitas dengan moda transportasi seperti perahu nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m), kapal tongkang (kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m), kapal ferry (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m), dan kapal ukuran besar seperti kapal kargo/kapal pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 m).
BMKG mengimbau masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.
Menurut siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat, gelombang yang sangat tinggi kisaran 4,0 - 6,0 meter berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara dan perairan utara Kep. Natuna.
Hal tersebut dipengaruhi pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari Barat - Utara dengan kecepatan angin berkisar 5 - 30 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Barat Daya - Barat Laut dengan kecepatan angin berkisar 5 - 30 knot.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna Utara, perairan Kep. Anambas - Kep. Natuna, perairan timur Kep. Bintan, Laut Halmahera, perairan utara Kep. Talaud, Samudra Pasifik utara Papua Barat - Papua.
Kondisi tersebut juga menyebabkan peningkatan gelombang setinggi 1,25 - 2,50 meter yang berpeluang terjadi di beberapa perairan seperti perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan P. Simeulue - Kep. Mentawai, Samudra Hindia barat Aceh - Kep. Nias, perairan pesisir Bengkulu, perairan selatan Bali - P. Sumba, Selat Bali - Lombok - Alas bagian selatan, Samudra Hindia Selatan NTT, Selat Sape bagian selatan, Laut Sawu dan Selat Sumba bagian barat, perairan selatan Kupang - P. Rotte, perairan selatan Kep. Anambas, Laut Natuna, perairan timur Kep. Bintan, perairan Kep. Sangihe, perairan selatan Kep. Talaud, perairan Bitung - Kep. Sitaro, Laut Maluku, perairan Kep. Hamahera, Laut Halmahera, perairan utara Papua Barat - Papua, Samudra Pasifik utara Papua.
Kemudian, memicu gelombang yang lebih tinggi kisaran 2,50 - 4,0 meter berpeluang terjadi di perairan Indonesia lainnya adalah perairan barat P. Enggano, perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Kep. Mentawai - Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten - Sumbawa, Samudra Hindia selatan Banten - NTB, perairan barat dan selatan Kep.o Natuna, perairan Kep. Subi Serasan, perairan utara Kep. Anambas, perairan utara Kep. Talaud, Samudra Pasifik utara Halmahera - Papua Barat.
Sementara itu, Siklon tropis Nyatoh (955 hPa) terpantau di Laut Filipina utara Papua memberikan dampak pada ketinggian gelombang di wilayah perairan Kep. Sangihe - Kep. Talaud, perairan Kep. Halmahera, Laut Maluku, Laut Halmahera, Samudra Pasifik utara Halmahera - Papua.
Eks Siklon Tropis Teratai terpantau di Samudra Hindia barat daya Banten memberikan dampak pada ketinggian gelombang di wilayah perairan barat Lampung - selatan Jawa Tengah, Selat Sunda dan Samudra Hindia barat Lampung - Jawa Barat serta terdapat bibit siklon 94W di Teluk Bengal.
Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran. Untuk itu, BMKG selalu mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama bagi nelayan yang beraktivitas dengan moda transportasi seperti perahu nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m), kapal tongkang (kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m), kapal ferry (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m), dan kapal ukuran besar seperti kapal kargo/kapal pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 m).
BMKG mengimbau masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.