Nusa Dua (ANTARA) - Wafatnya legenda bulu tangkis Verawaty Fadjrin setelah berjuang melawan kanker paru-paru, meninggalkan duka mendalam bagi kalangan bulu tangkis nasional mengingat jasa dan prestasinya bagi Tanah Air.
Salah satunya ialah mantan pebulu tangkis nasional, yaitu Taufik Hidayat yang pernah merasakan langsung dilatih oleh atlet juara dunia tahun 1980 itu.
"Yang jelas sangat sedih dengan meninggalnya Bu Vera. Saya pernah satu lingkungan dengan beliau saat awal masuk Pelatnas, beliau sosok yang baik dan ramah, tapi tegas dalam melatih," kata Taufik saat ditemui di Nusa Dua, Bali, Minggu.
Peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 ini menceritakan momen paling diingatnya saat bersama Verawaty di Pelatnas Cipayung, yakni ia pernah ditegur secara keras sehubungan dengan proses latihan.
Meski begitu, Taufik menilai tegurannya saat itu adalah bentuk perhatian dari pelatih kepada anak didiknya agar ke depan bisa bermain lebih baik dan menjadi pemain yang handal.
"Dia galak, tapi masih dalam tahap wajar karena tujuannya agar lebih baik di bulu tangkis. Beliau ingin atletnya sukses, dan itu hal yang wajar dari senior ke junior. Marahnya itu saya jadikan motivasi dan tidak dendam ke beliau," Taufik menceritakan.
Kabar meninggalnya Verawaty juga didengar Hendra Setiawan, pebulu tangkis spesialis ganda putra yang kini masih aktif bermain membela timnas Indonesia.
Hendra juga sempat merasakan masa kepelatihan Vera di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur. Menurut Hendra, Vera adalah sosok pelatih yang baik dan gemar memberi nasihat kepada atlet-atletnya.
"Saya ikut bela sungkawa, semoga keluarga tabah dan kuat. Yang kami tahu, Bu Vera adalah salah satu legenda Indonesia, jelas kabar ini sangat menyedihkan. Dulu waktu masih aktif melatih di pelatnas, saya tahu Bu Vera orang yang baik dan suka kasih nasihat ke anak-anak," ungkap Hendra.
Menurut keterangan resmi PP PBSI, Minggu, Vera berpulang dalam usia 64 tahun setelah sempat menjalani perawatan akibat kanker paru-paru. Hingga akhir hayatnya, Vera meninggalkan suami, Fadjriansyah Bidoein, seorang anak Fidyandini dan dua cucu.
Jenazah Vera dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan dengan diberangkatkan dari rumah duka di Kavling DKI Cipayung, Jalan Durian Blok T1 No.23 RT01/08, Cipayung, Jakarta Timur, dan sebelumnya disholatkan di Masjid Al Islam Cipayung, Jakarta Timur.
Salah satunya ialah mantan pebulu tangkis nasional, yaitu Taufik Hidayat yang pernah merasakan langsung dilatih oleh atlet juara dunia tahun 1980 itu.
"Yang jelas sangat sedih dengan meninggalnya Bu Vera. Saya pernah satu lingkungan dengan beliau saat awal masuk Pelatnas, beliau sosok yang baik dan ramah, tapi tegas dalam melatih," kata Taufik saat ditemui di Nusa Dua, Bali, Minggu.
Peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 ini menceritakan momen paling diingatnya saat bersama Verawaty di Pelatnas Cipayung, yakni ia pernah ditegur secara keras sehubungan dengan proses latihan.
Meski begitu, Taufik menilai tegurannya saat itu adalah bentuk perhatian dari pelatih kepada anak didiknya agar ke depan bisa bermain lebih baik dan menjadi pemain yang handal.
"Dia galak, tapi masih dalam tahap wajar karena tujuannya agar lebih baik di bulu tangkis. Beliau ingin atletnya sukses, dan itu hal yang wajar dari senior ke junior. Marahnya itu saya jadikan motivasi dan tidak dendam ke beliau," Taufik menceritakan.
Kabar meninggalnya Verawaty juga didengar Hendra Setiawan, pebulu tangkis spesialis ganda putra yang kini masih aktif bermain membela timnas Indonesia.
Hendra juga sempat merasakan masa kepelatihan Vera di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur. Menurut Hendra, Vera adalah sosok pelatih yang baik dan gemar memberi nasihat kepada atlet-atletnya.
"Saya ikut bela sungkawa, semoga keluarga tabah dan kuat. Yang kami tahu, Bu Vera adalah salah satu legenda Indonesia, jelas kabar ini sangat menyedihkan. Dulu waktu masih aktif melatih di pelatnas, saya tahu Bu Vera orang yang baik dan suka kasih nasihat ke anak-anak," ungkap Hendra.
Menurut keterangan resmi PP PBSI, Minggu, Vera berpulang dalam usia 64 tahun setelah sempat menjalani perawatan akibat kanker paru-paru. Hingga akhir hayatnya, Vera meninggalkan suami, Fadjriansyah Bidoein, seorang anak Fidyandini dan dua cucu.
Jenazah Vera dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan dengan diberangkatkan dari rumah duka di Kavling DKI Cipayung, Jalan Durian Blok T1 No.23 RT01/08, Cipayung, Jakarta Timur, dan sebelumnya disholatkan di Masjid Al Islam Cipayung, Jakarta Timur.