Kendari (ANTARA) - Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara Lukman Abunawas berharap Pengurus Besar (PB) Himpunan Pengusaha Tolaki Indonesia (HIPTI) yang beranggotakan ratusan orang sebagai pengurus tidak hanya fokus dan berebutan pada usaha sektor pertambangan tetapi namun bisa mengelola usaha sumber daya alam (SDA) lain yang cukup potensial di Sultra.
"Memang benar sektor pertambangan kita di Sultra hampir seluruh kabupaten memiliki potensi, tetapi jangan lupa bahwa mereka yang berusaha pada sektor itu adalah yang memiliki skil dan finansial yang memadai dan lambat laut akan habis," ujarnya di Kendari, Kamis.
Sementara bila usaha budidaya porang dan jagung, lanjut Wagub, dua komoditi perkebunan itu tidak harus membutuhkan modal banyak serta lahan yang luas, dan cepat memberi keuntungan bagi yang mengelolanya.
Tanaman porang maupun jagung, adalah dua komiditi hasil perkebunan yang sangat dicari di pasaran baik lokal, nasional maupun pasar macanegara karena tanaman itu selain kebutuhan konsumsi dalam daerah, juga sebagai pangan alternatif pengganti nasi maupun bentuk olahan turunannya.
"Saya yakin HIPTI yang merupakan para pengusaha lokal milineal, bisa menjalin kemitraan dengan pemerintah baik di provinsi maupu8n kabupaten kota, dan petani sebagai ujung tombak di lapangan sekaligus
Berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan Sultra, pengembangan kawasan porang tersebar di empat kabupaten/kota, yakni Konawe Kepulauan (Konkep), Konawe, Konawe Selatan (Konsel) dan Kota Baubau.
"Saya juga minta agar HIPTI membangun komunikasi antar pengusaha dengan memastikan pasarannya benar-benar siap membeli dan menampung. Jangan sampai setelah menanam dan berproduksi, ternyata tidak ada pihak yang mau membelinya," ujarnya.
Enam perusahaan ini telah datang meninjau langsung kondisi pertanaman porang di Moramo dan menyatakan siap membeli hasil panen mereka dengan kapasitas permintaan hingga satu juta ton porang kering.
"Memang benar sektor pertambangan kita di Sultra hampir seluruh kabupaten memiliki potensi, tetapi jangan lupa bahwa mereka yang berusaha pada sektor itu adalah yang memiliki skil dan finansial yang memadai dan lambat laut akan habis," ujarnya di Kendari, Kamis.
Sementara bila usaha budidaya porang dan jagung, lanjut Wagub, dua komoditi perkebunan itu tidak harus membutuhkan modal banyak serta lahan yang luas, dan cepat memberi keuntungan bagi yang mengelolanya.
Tanaman porang maupun jagung, adalah dua komiditi hasil perkebunan yang sangat dicari di pasaran baik lokal, nasional maupun pasar macanegara karena tanaman itu selain kebutuhan konsumsi dalam daerah, juga sebagai pangan alternatif pengganti nasi maupun bentuk olahan turunannya.
"Saya yakin HIPTI yang merupakan para pengusaha lokal milineal, bisa menjalin kemitraan dengan pemerintah baik di provinsi maupu8n kabupaten kota, dan petani sebagai ujung tombak di lapangan sekaligus
Berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan Sultra, pengembangan kawasan porang tersebar di empat kabupaten/kota, yakni Konawe Kepulauan (Konkep), Konawe, Konawe Selatan (Konsel) dan Kota Baubau.
"Saya juga minta agar HIPTI membangun komunikasi antar pengusaha dengan memastikan pasarannya benar-benar siap membeli dan menampung. Jangan sampai setelah menanam dan berproduksi, ternyata tidak ada pihak yang mau membelinya," ujarnya.
Enam perusahaan ini telah datang meninjau langsung kondisi pertanaman porang di Moramo dan menyatakan siap membeli hasil panen mereka dengan kapasitas permintaan hingga satu juta ton porang kering.