Kendari (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) terus mendorong para petani di daerah untuk melestarikan tanaman enau sebagai budidaya alternatif yang menghasilkan gula merah/aren yang sudah menjadi penghasilan masyarakat turun temurun.
Wakil Bupati Bombana, Johan Salim di Kendari, Rabu mengungkapkan, budi daya tanaman enau/aren cukup potensial, karena hampir seluruh wilayah kecamatan ditemukan pohon enau, oleh masyarakat setempat menjadikan produk gula merah (gula semut).
"Air (nira) pohon ini digunakan masyarakat Bombana dan diolah secara alami menjadi gula merah. Hal itu sudah berlangsung selama puluhan tahun lamanya," kata politisi Partai Amanat Nasional yang juga mantan anggota DPRD itu.
Perkembangan zaman yang serba dinamis, oleh masyarakat Bombana pun sudah mulai mengelola dengan menggunakan mesin, berpengaruh terhadap produksi gula merah. Salah satu contohnya seperti di Kelurahan Poea, Kecamatan Rumbia Tengah yang telah melibatkan masyarakat kelompok tani untuk memproduksi gula aren untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pohon enau yang ditanam masyarakat di Kecamatan Rumbiah Tengah, Bombana siap diolah dan diperas untuk menghasilkan nira (air) yang kemudian diolah menjadi gula merah/aren. Pohon enau ini sebagai tanaman jangka panjang menyerupai pohon sawit atau pohon sagu. (Foto ANTARA/HO-Humas Bombana)
Pemberdayaan masyarakat melalui produksi gula merah/aren akan meningkatkan nilai jual gula merah ketimbang jika air aren ini dijadikan minuman keras tradisional yang notabene memabukkan.
"Daripada dibuat minuman tradisional digunakan mabuk-mabuk, lebih baik kita jadikan bahan makanan yang bermanfaat dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Maka dengan adanya alat pengering berupa oven, kita sudah bisa mengolah aren menjadi gula merah walaupun belum memproduksi dalam jumlah banyak," katanya Johan.
Kemasan isi 0,5 kilogram, gula merah tersebut dijual senilai Rp35.000. Jika dilihat dari potensi yang ada, penggunaan gula merah ini lebih efektif digunakan di warung-warung kopi, dan bahkan sudah banyak yang masuk dalam berbagai warung kopi dan rumah makan di luar Bombana.
Data Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra menyebutkan areal tanaman enau di Bombana mencapai 2.459 hektare, dengan produksi gula merah mencapai 2.426 ton dalam sekali produksi dengan melibatkan 1.102 orang dalam beberapa kelompok tani yang tersebar pada 22 kecamatan.
Wakil Bupati Bombana, Johan Salim di Kendari, Rabu mengungkapkan, budi daya tanaman enau/aren cukup potensial, karena hampir seluruh wilayah kecamatan ditemukan pohon enau, oleh masyarakat setempat menjadikan produk gula merah (gula semut).
"Air (nira) pohon ini digunakan masyarakat Bombana dan diolah secara alami menjadi gula merah. Hal itu sudah berlangsung selama puluhan tahun lamanya," kata politisi Partai Amanat Nasional yang juga mantan anggota DPRD itu.
Perkembangan zaman yang serba dinamis, oleh masyarakat Bombana pun sudah mulai mengelola dengan menggunakan mesin, berpengaruh terhadap produksi gula merah. Salah satu contohnya seperti di Kelurahan Poea, Kecamatan Rumbia Tengah yang telah melibatkan masyarakat kelompok tani untuk memproduksi gula aren untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat melalui produksi gula merah/aren akan meningkatkan nilai jual gula merah ketimbang jika air aren ini dijadikan minuman keras tradisional yang notabene memabukkan.
"Daripada dibuat minuman tradisional digunakan mabuk-mabuk, lebih baik kita jadikan bahan makanan yang bermanfaat dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Maka dengan adanya alat pengering berupa oven, kita sudah bisa mengolah aren menjadi gula merah walaupun belum memproduksi dalam jumlah banyak," katanya Johan.
Kemasan isi 0,5 kilogram, gula merah tersebut dijual senilai Rp35.000. Jika dilihat dari potensi yang ada, penggunaan gula merah ini lebih efektif digunakan di warung-warung kopi, dan bahkan sudah banyak yang masuk dalam berbagai warung kopi dan rumah makan di luar Bombana.
Data Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra menyebutkan areal tanaman enau di Bombana mencapai 2.459 hektare, dengan produksi gula merah mencapai 2.426 ton dalam sekali produksi dengan melibatkan 1.102 orang dalam beberapa kelompok tani yang tersebar pada 22 kecamatan.