Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyatakan status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Kota Semarang turun dari level 3 ke level 2.
"Kami sampaikan terima kasih kepada warga Kota Semarang yang sudah sekian lama berdisiplin dengan aturan yang sudah ditetapkan," katanya di Semarang, Rabu.
Indikatornya, kata dia, pertumbuhan penderita, jumlah pasien yang masih dirawat dan meninggal dunia, serta rata-rata keterisian tempat tidur di rumah sakit telah menurun.
Sedangkan tingkat pengetesan (testing) dan penelusuran kontak erat penderita (tracing) COVID-19 yang masih di bawah rata-rata angka yang ditetapkan pemerintah menjadi salah satu penyebab status PPKM Ibu Kota Jawa Tengah ini gagal turun ke level 1.
Ia menyebut masih ada upaya yang harus dilakukan, yakni meningkatkan "testing" dan "tracing", serta menurunkan "positivity rate".
Ia menjelaskan ringkat "positivity rate" Kota Semarang masih di angka 12,2 persen, di atas rata-rata yang ditetapkan pemerintah sebesar 5 persen.
Sementara angka "tracing" harus lebih dari 14 persen, di mana Kota Semarang masih berada pada angka 2,4 persen per 100 ribu penduduk.
Ia mengungkapkan terdapat sejumlah kendala seperti keterbatasan petugas yang tidak sebading dengan jumlah penduduk Kota Semarang.
Meski demikian, kata dia, upaya untuk menambah jumlah petugas, termasuk menggandeng TNI/ Polri, untuk meningkatkan "testing" dan "tracing".
Ia juga meminta warga yang terpapar COVID untuk jujur dalam memberikan keterangan saat petugas melakukan penelusuran kontak erat.
"Ingat, COVID belum selesai. Tetap lakukan hal-hal yang sifatnya mampu mengatasi COVID," katanya.
Sementara itu berdasarkan data laman https://siagacorona.semarangkota.go.id hingga pukul 17.00 WIB tercatat 132 pasien positif COVID-19 yang masih dirawat.
Adapun jumlah pasien yang meninggal tercatat sebanyak 6,293 orang.
"Kami sampaikan terima kasih kepada warga Kota Semarang yang sudah sekian lama berdisiplin dengan aturan yang sudah ditetapkan," katanya di Semarang, Rabu.
Indikatornya, kata dia, pertumbuhan penderita, jumlah pasien yang masih dirawat dan meninggal dunia, serta rata-rata keterisian tempat tidur di rumah sakit telah menurun.
Sedangkan tingkat pengetesan (testing) dan penelusuran kontak erat penderita (tracing) COVID-19 yang masih di bawah rata-rata angka yang ditetapkan pemerintah menjadi salah satu penyebab status PPKM Ibu Kota Jawa Tengah ini gagal turun ke level 1.
Ia menyebut masih ada upaya yang harus dilakukan, yakni meningkatkan "testing" dan "tracing", serta menurunkan "positivity rate".
Ia menjelaskan ringkat "positivity rate" Kota Semarang masih di angka 12,2 persen, di atas rata-rata yang ditetapkan pemerintah sebesar 5 persen.
Sementara angka "tracing" harus lebih dari 14 persen, di mana Kota Semarang masih berada pada angka 2,4 persen per 100 ribu penduduk.
Ia mengungkapkan terdapat sejumlah kendala seperti keterbatasan petugas yang tidak sebading dengan jumlah penduduk Kota Semarang.
Meski demikian, kata dia, upaya untuk menambah jumlah petugas, termasuk menggandeng TNI/ Polri, untuk meningkatkan "testing" dan "tracing".
Ia juga meminta warga yang terpapar COVID untuk jujur dalam memberikan keterangan saat petugas melakukan penelusuran kontak erat.
"Ingat, COVID belum selesai. Tetap lakukan hal-hal yang sifatnya mampu mengatasi COVID," katanya.
Sementara itu berdasarkan data laman https://siagacorona.semarangkota.go.id hingga pukul 17.00 WIB tercatat 132 pasien positif COVID-19 yang masih dirawat.
Adapun jumlah pasien yang meninggal tercatat sebanyak 6,293 orang.