Kendari (ANTARA) - Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) bakal menjadikan beras Owaho dari kawasan pertanian Amohalo sebagai komoditas unggulan.
"Ini bisa dikonsumsi dan setara dengan berat beras berkualitas yang ada di pasaran. Insya Allah ke depan kita orientasi kan full organik, mudah-mudahan ini bisa menjadi unggulan dan nanti bisa menjadi kebanggaan bagi masyarakat Kota Kendari untuk mengonsumsi beras sendiri," kata Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir di Kendari, Kamis.
Ia menyampaikan beras organik Owoha sengaja diproduksi di kawasan persawahan Amohalo mengingat luas lahan pertanian Kota Kendari yang tidak terlampau luas. Hal itu penting dalam rangka menambah kekayaan daerah sekaligus untuk menggenjot pertanian organik di Kota Kendari.
Saat ini, lanjutnya, lahan sawah yang ditanami padi organik baru mencapai 450 hektare. Setiap hektare bisa menghasilkan gabah kering 4-5 ton, khususnya di Amohalo.
"Pengembangan beras organik sangat penting agar hasil produksi petani memiliki ciri khas dan menambah nilai jual hasil panen petani di Kawasan Amohalo, Baruga," tutur dia.
Sebagai upaya mendukung pengembangan padi organik Owoha, pihaknya berkomitmen memberikan pendampingan dan bantuan kepada petani. Mulai bantuan bibit, pupuk dan alsintan (alat dan mesin pertanian).
Selain itu, pihaknya juga akan segera merealisasikan pembangunan tanggul di kawasan Nanga-nanga yang tidak jauh dari kawasan persawahan Amohalo.
"Nanti kita akan bangun tanggul yang salah satu fungsinya adalah mengairi lahan persawahan Amohalo. Saat ini kan kita hanya berharap air hujan atau sawah tadah hujan. Nanti kita ubah jadi sawah irigasi, sehingga siklus panennya bisa menjadi lebih banyak, dari dua kali bisa menjadi tiga kali," tambah Sulkarnain Kadir.
Kepala Dinas Pertanian Kendari Sitti Ganef mengatakan padi (beras) organik Amohalo memiliki beberapa keunggulan, seperti tekstur lebih lembut, memiliki bulir padi lebih besar dan aman untuk dikonsumsi karena dibudidayakan tanpa menggunakan pupuk kimia.
"Beras organik pakai pupuk kandang, pupuk hijau atau kompos. Jadi bebas dari zat kimia. Saya sarankan masyarakat untuk mengonsumsi beras jenis ini, apalagi asalnya dari daerah kita sendiri. Supaya petani kita untung, masyarakat kita juga bisa sehat," kata Siti Ganef.
"Ini bisa dikonsumsi dan setara dengan berat beras berkualitas yang ada di pasaran. Insya Allah ke depan kita orientasi kan full organik, mudah-mudahan ini bisa menjadi unggulan dan nanti bisa menjadi kebanggaan bagi masyarakat Kota Kendari untuk mengonsumsi beras sendiri," kata Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir di Kendari, Kamis.
Ia menyampaikan beras organik Owoha sengaja diproduksi di kawasan persawahan Amohalo mengingat luas lahan pertanian Kota Kendari yang tidak terlampau luas. Hal itu penting dalam rangka menambah kekayaan daerah sekaligus untuk menggenjot pertanian organik di Kota Kendari.
Saat ini, lanjutnya, lahan sawah yang ditanami padi organik baru mencapai 450 hektare. Setiap hektare bisa menghasilkan gabah kering 4-5 ton, khususnya di Amohalo.
"Pengembangan beras organik sangat penting agar hasil produksi petani memiliki ciri khas dan menambah nilai jual hasil panen petani di Kawasan Amohalo, Baruga," tutur dia.
Sebagai upaya mendukung pengembangan padi organik Owoha, pihaknya berkomitmen memberikan pendampingan dan bantuan kepada petani. Mulai bantuan bibit, pupuk dan alsintan (alat dan mesin pertanian).
Selain itu, pihaknya juga akan segera merealisasikan pembangunan tanggul di kawasan Nanga-nanga yang tidak jauh dari kawasan persawahan Amohalo.
"Nanti kita akan bangun tanggul yang salah satu fungsinya adalah mengairi lahan persawahan Amohalo. Saat ini kan kita hanya berharap air hujan atau sawah tadah hujan. Nanti kita ubah jadi sawah irigasi, sehingga siklus panennya bisa menjadi lebih banyak, dari dua kali bisa menjadi tiga kali," tambah Sulkarnain Kadir.
Kepala Dinas Pertanian Kendari Sitti Ganef mengatakan padi (beras) organik Amohalo memiliki beberapa keunggulan, seperti tekstur lebih lembut, memiliki bulir padi lebih besar dan aman untuk dikonsumsi karena dibudidayakan tanpa menggunakan pupuk kimia.
"Beras organik pakai pupuk kandang, pupuk hijau atau kompos. Jadi bebas dari zat kimia. Saya sarankan masyarakat untuk mengonsumsi beras jenis ini, apalagi asalnya dari daerah kita sendiri. Supaya petani kita untung, masyarakat kita juga bisa sehat," kata Siti Ganef.