Makassar (ANTARA) - Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar memprediksi terjadinya hujan intensitas sedang, lebat hingga sangat lebat pada sejumlah daerah di Sulawesi Selatan berpotensi mengakibatkan banjir.
Kepala BMKG Wilayah IV Makassar Darmawan melalui keterangannya di Makassar, Ahad, menyebutkan bahwa intensitas curah hujan yang dimaksud akan terjadi selama tiga hari, mulai 16-18 Mei di beberapa kabupaten se Sulsel.
"Ini hasil dari mencermati perkembangan kondisi dinamika atmosfer terkini, itu menunjukkan terjadinya peningkatan aktifitas potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Sulawesi Selatan," ujarnya.
Dalam tiga hari ini, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah meliputi Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Palopo dan Toraja Utara. Sementara hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terjadi di Kabupaten Tana Toraja Enrekang, Sidrap, Wajo, dan Pinrang.
Maka BMKG Wilayah IV mengeluarkan peringatan dini pada sejumlah kabupaten yakni Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Palopo, Toraja Utara, Tana Toraja, Enrekang, Sidrap, Wajo dan Pinrang.
Menurutnya, kondisi ini terjadi karena adanya sirkulasi siklonik di Selat Makassar bagian tengah sehingga menyebabkan pertemuan angin (konvergensi) yang memanjang dari Laut Banda hingga Sulawesi Barat.
Selain itu suhu muka laut di Teluk Bone bagian utara dalam kondisi hangat sehingga berkontribusi terhadap penguapan.
"Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah tersebut," ujarnya.
Maka dari itu, masyarakat diimbau agar mewaspadai gelombang tinggi di perairan sekitar Sulawesi Selatan. Gelombang dengan ketinggian 1.25-2.5 m terjadi Selat Makassar bagian selatan, Perairan Spermonde Makassar bagian barat, Perairan Kep. Selayar, Teluk Bone bagian selatan, Laut Flores bagian utara, Perairan P. Bonerate - Kalaotoa , dan Laut Flores bagian timur.
"Masyarakat dan pengguna layanan transportasi darat/laut/udara diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana hidrometeorologi yang dapat ditimbulkan dari curah hujan tinggi," ujar Darmawan.
Dampak bencana hidrometeorologi yang dimaksud antara lain potensi banjir, banjir bandang, genangan, tanah longsor, pohon tumbang, dan meluapnya area tambak budidaya.
"Kami harap masyarakat tetap memperhatikan informasi dari BMKG serta instansi terkait untuk memastikan mitigasi bencana hidrometeorologi dapat dilakukan dengan baik," ujar dia.*
Kepala BMKG Wilayah IV Makassar Darmawan melalui keterangannya di Makassar, Ahad, menyebutkan bahwa intensitas curah hujan yang dimaksud akan terjadi selama tiga hari, mulai 16-18 Mei di beberapa kabupaten se Sulsel.
"Ini hasil dari mencermati perkembangan kondisi dinamika atmosfer terkini, itu menunjukkan terjadinya peningkatan aktifitas potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Sulawesi Selatan," ujarnya.
Dalam tiga hari ini, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah meliputi Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Palopo dan Toraja Utara. Sementara hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terjadi di Kabupaten Tana Toraja Enrekang, Sidrap, Wajo, dan Pinrang.
Maka BMKG Wilayah IV mengeluarkan peringatan dini pada sejumlah kabupaten yakni Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Palopo, Toraja Utara, Tana Toraja, Enrekang, Sidrap, Wajo dan Pinrang.
Menurutnya, kondisi ini terjadi karena adanya sirkulasi siklonik di Selat Makassar bagian tengah sehingga menyebabkan pertemuan angin (konvergensi) yang memanjang dari Laut Banda hingga Sulawesi Barat.
Selain itu suhu muka laut di Teluk Bone bagian utara dalam kondisi hangat sehingga berkontribusi terhadap penguapan.
"Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah tersebut," ujarnya.
Maka dari itu, masyarakat diimbau agar mewaspadai gelombang tinggi di perairan sekitar Sulawesi Selatan. Gelombang dengan ketinggian 1.25-2.5 m terjadi Selat Makassar bagian selatan, Perairan Spermonde Makassar bagian barat, Perairan Kep. Selayar, Teluk Bone bagian selatan, Laut Flores bagian utara, Perairan P. Bonerate - Kalaotoa , dan Laut Flores bagian timur.
"Masyarakat dan pengguna layanan transportasi darat/laut/udara diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana hidrometeorologi yang dapat ditimbulkan dari curah hujan tinggi," ujar Darmawan.
Dampak bencana hidrometeorologi yang dimaksud antara lain potensi banjir, banjir bandang, genangan, tanah longsor, pohon tumbang, dan meluapnya area tambak budidaya.
"Kami harap masyarakat tetap memperhatikan informasi dari BMKG serta instansi terkait untuk memastikan mitigasi bencana hidrometeorologi dapat dilakukan dengan baik," ujar dia.*