Kendari (ANTARA) - Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Baubau, Sulawesi Tenggara mengusulkan pengadaan alat darah (hemodialisa) pada 2020 karena hingga tahun 2021 ini belum memiliki alat tersebut.
"Dengan demikian, bila ada pasien gagal ginjal di Kota Baubau hingga saat ini belum bisa mendapatkan layanan cuci darah karena belum memiliki alat cuci darah," kata Direktur BLUD RSUD Baubau, dr Lukman melalui pesan yang diterima di Kendari, Rabu.
Pihak RSUD Baubau pun hingga saat ini baru sebatas merencanakan pengadaan alat tersebut padahal layanan cuci darah menjadi salah satu syarat pelayanan rumah sakit tipe-C.
"Di tahun 2022 kita bisa adakan alat hemodialisa itu karena bagian dari perencanaan kita untuk memenuhi syarat-syarat rumah sakit tipe C. Jadi ruang hemodialisa, alatnya dan dokternya akan kita siapkan," katanya.
Lebih jauh Lukman mengatakan, alat cuci darah ini diupayakan 2 sampai 4 unit sekaligus, disiapkan untuk layanan kebutuhan spesifik dan layanan cuci darah tanpa komplikasi.
Ia mengatakan pengadaan alat hemodaalisa akan diupayakan dengan skema kerja sama, di mana pihaknya akan mencoba menggandeng pihak penyedia untuk menyiapkan alat tersebut.
"Jadi kita kerja sama dengan penyedia, jadi kita tidak membeli tetapi lewat kerja sama sampai waktu tertentu kita bisa miliki alatnya. Jadi rencana seperti itu yang kita pakai," kata Lukman.
Juru bicara Gugus Tugas COVID-19 Kota Baubau ini menambahkan meski dirinya tidak mengetahui data pasti, namun diakuinya kasus ginjal khususnya gagal ginjal di Kota Baubau masih cukup tinggi, bahkan tiap tahunnya menunjukan peningkatan.
"Angka kejadian pasien gagal ginjal di daerah kita cukup tinggi dan faktor resikonya banyak, bisa karena adanya infeksi, karena adanya diabetes, atau batu ginjal. Cukup tinggi kejadiannya hanya angka pastinya saya belum dapat," katanya.
Hingga saat ini layanan cuci darah di wilayah Kota Baubau hanya tersedia di Rumah Sakit Siloam Buton, demikian :Lukman.
"Dengan demikian, bila ada pasien gagal ginjal di Kota Baubau hingga saat ini belum bisa mendapatkan layanan cuci darah karena belum memiliki alat cuci darah," kata Direktur BLUD RSUD Baubau, dr Lukman melalui pesan yang diterima di Kendari, Rabu.
Pihak RSUD Baubau pun hingga saat ini baru sebatas merencanakan pengadaan alat tersebut padahal layanan cuci darah menjadi salah satu syarat pelayanan rumah sakit tipe-C.
"Di tahun 2022 kita bisa adakan alat hemodialisa itu karena bagian dari perencanaan kita untuk memenuhi syarat-syarat rumah sakit tipe C. Jadi ruang hemodialisa, alatnya dan dokternya akan kita siapkan," katanya.
Lebih jauh Lukman mengatakan, alat cuci darah ini diupayakan 2 sampai 4 unit sekaligus, disiapkan untuk layanan kebutuhan spesifik dan layanan cuci darah tanpa komplikasi.
Ia mengatakan pengadaan alat hemodaalisa akan diupayakan dengan skema kerja sama, di mana pihaknya akan mencoba menggandeng pihak penyedia untuk menyiapkan alat tersebut.
"Jadi kita kerja sama dengan penyedia, jadi kita tidak membeli tetapi lewat kerja sama sampai waktu tertentu kita bisa miliki alatnya. Jadi rencana seperti itu yang kita pakai," kata Lukman.
Juru bicara Gugus Tugas COVID-19 Kota Baubau ini menambahkan meski dirinya tidak mengetahui data pasti, namun diakuinya kasus ginjal khususnya gagal ginjal di Kota Baubau masih cukup tinggi, bahkan tiap tahunnya menunjukan peningkatan.
"Angka kejadian pasien gagal ginjal di daerah kita cukup tinggi dan faktor resikonya banyak, bisa karena adanya infeksi, karena adanya diabetes, atau batu ginjal. Cukup tinggi kejadiannya hanya angka pastinya saya belum dapat," katanya.
Hingga saat ini layanan cuci darah di wilayah Kota Baubau hanya tersedia di Rumah Sakit Siloam Buton, demikian :Lukman.