Gabah (ANTARA) - Sejumlah petani di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) minta pemerintah mengawasi pembelian gabah di tingkat petani karena ada perbedaan harga gabah yang dibeli pedagang yang tidak sesuai  yang ditentukan pemerintah.

"Kalau sebelumnya harga gabah yang dibeli pihak Bulog melalui beberapa pedagang pengumpul Rp4.200 per kilogram, namun beberapa hari ini sudah Rp4.000 hingga ada yang di bawa itu," kata Yusuf (40), salah seorang petani di Rumbia, Bombana, Minggu.

Ia mengatakan, turunnya harga gabah yang hanya berselang beberapa hari pascapanen padi yang tidak serentak di wilayah itu, karena diduga ada oknum pedagang yang memanfaatkan kondisi ini untuk mendapatkan keuntungan sesaat.

Olehnya itu, kata Yusuf, pemerintah dalam hal ini dinas teknis harus ikut mengawasi pembelian gabah dari pihak pedagang ke petani, yang sering terjadi di saat suasana panen padi di wilayah Bombana dan daerah sekitarnya.

Panen padi sawah di beberapa desa di Kecamatan Rumbia, Rarowatu dan Kecamatan Lantari kini sudah memasuki akhir panen dan diperkirakan hingga memasuki awal puasa Ramadhan 1442 Hijriah sudah selesai.
  Suasana panen padi sawah milik petani di Kecamatan Rumbia, Bombana.

"Rencana para petani untuk kembali mengolah sawah sebagai musim tanam di tahun 2021 ini di pertengahan April hingga awal Mei mendatang," ujar Adam, salah seorang petani sawah di Desa Lantowua Kecamatan Rumbia Tengah.

Ia mengatakan, produksi gabah yang dihasilkan di awal tahun ini sedikit mengalami penurunan, yakni hanya bisa 4-5 ton dalam per hektarnya atau alami penurunan akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.

"Pada panen sebelumnya petani setempat masih ada yang bisa menghasilkan 6 hingga 6,5 ton per hektarenya. Namun saat ini paling tinggi 5 ton," tuturnya.
 

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024