Sigi, Sulteng (ANTARA) - Banjir lumpur yang menerjang Desa Beka di Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, Jumat (26/3) malam, menyebabkan sebanyak 292 kepala keluarga mengungsi ke tempat yang aman.
Pantauan ANTARA, di lokasi banjir yang berada sekitar 30 km arah selatan Kota Palu, Sabtu, para pengungsi meninggalkan rumah karena rata-rata rumah mereka terendam lumpur.
Mereka mengungsi sementara di sejumlah titik pengungsian dan rumah warga lain yang tidak terdampak banjir lumpur.
"Saya dan keluarga malam itu juga tinggalkan rumah dan mengungsi ke rumah keluarga yang berada di tempat tinggi," kata Arfan, salah seorang korban.
Ia mengatakan rumahnya dan semua perabot terendam lumpur, termasuk peralatan dapur, kursi, lemari dan bahan makanan.
Hal senada juga disampaikan Rifai, korban lainnya yang mengatakan, saat kejadian, mereka sedang istirahat dan tiba-tiba mendengar teriakan warga langsung bergegas bangun dan mengungsi, sebab banjir lumpur mulai menerjang sebagian permukiman warga.
Saat mengungsi, kata dia, mereka semua hanya lari dengan pakaian yang ada di badan. "Kami tidak lagi memikirkan yang lain, sebab terpenting bagaimana bisa menyelamatkan jiwa dari bencana alam banjir lumpur itu," ujarnya.
Kepala Desa Beka, Mohammad Fitrah di lokasi bencana mengatakan banjir lumpur datang secara tiba-tiba dan memporak-poradankankan sebagian permukiman warga yang berada di jalur jalan Palu-Bangga itu.
Namun demikian, kata dia, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa alam tersebut.
Banjir lumpur terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah itu sepanjang pagi hingga malam hari. Akibatnya sungai yang ada di lereng gunung tidak mampu menampung air dan melimpas disertai lumpur dan tumpah ke permukiman penduduk.
Menurut dia, bencana alam yang baru saja terjadi itu merupakan terbesar selama ini.
Memang sebelumnya ada banjir, tetapi tidak separah kali ini. "Ini banjir yang paling parah selama beberapa tahun terakhir ini," ujarnya.
Warga berusaha mengamankan kasur pasca banjir lumpur di Desa Beka Kabupaten Sigi pada Jumat (26/3). ANTARA/Anas Masa
Pantauan ANTARA, di lokasi banjir yang berada sekitar 30 km arah selatan Kota Palu, Sabtu, para pengungsi meninggalkan rumah karena rata-rata rumah mereka terendam lumpur.
Mereka mengungsi sementara di sejumlah titik pengungsian dan rumah warga lain yang tidak terdampak banjir lumpur.
"Saya dan keluarga malam itu juga tinggalkan rumah dan mengungsi ke rumah keluarga yang berada di tempat tinggi," kata Arfan, salah seorang korban.
Ia mengatakan rumahnya dan semua perabot terendam lumpur, termasuk peralatan dapur, kursi, lemari dan bahan makanan.
Hal senada juga disampaikan Rifai, korban lainnya yang mengatakan, saat kejadian, mereka sedang istirahat dan tiba-tiba mendengar teriakan warga langsung bergegas bangun dan mengungsi, sebab banjir lumpur mulai menerjang sebagian permukiman warga.
Saat mengungsi, kata dia, mereka semua hanya lari dengan pakaian yang ada di badan. "Kami tidak lagi memikirkan yang lain, sebab terpenting bagaimana bisa menyelamatkan jiwa dari bencana alam banjir lumpur itu," ujarnya.
Kepala Desa Beka, Mohammad Fitrah di lokasi bencana mengatakan banjir lumpur datang secara tiba-tiba dan memporak-poradankankan sebagian permukiman warga yang berada di jalur jalan Palu-Bangga itu.
Namun demikian, kata dia, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa alam tersebut.
Banjir lumpur terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah itu sepanjang pagi hingga malam hari. Akibatnya sungai yang ada di lereng gunung tidak mampu menampung air dan melimpas disertai lumpur dan tumpah ke permukiman penduduk.
Menurut dia, bencana alam yang baru saja terjadi itu merupakan terbesar selama ini.
Memang sebelumnya ada banjir, tetapi tidak separah kali ini. "Ini banjir yang paling parah selama beberapa tahun terakhir ini," ujarnya.