Kendari (ANTARA) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara (Sultra) menyampaikan provinsi tersebut mengalami deflasi sebesar 0,39 persen (mtm) pada Januari 2021, lebih rendah daripada bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,61 persen (mtm).

Kepala KPwBI Sultra Bimo Epyanto di Kendari, Selasa, mengatakan, capaian tersebut juga lebih rendah jika dibandingkan dengan nasional yang mengalami inflasi 0,26 persen (mtm).

"Penurunan inflasi disebabkan oleh pasokan yang relatif terjaga, cuaca yang kondusif dan permintaan yang menurun sesuai polanya usai libur natal dan tahun baru," kata Bimo melalui rilis KPwBI Sultra.

Ia menyampaikan, secara spasial, inflasi pada Januari 2021 disumbang oleh deflasi yang terjadi di dua kota sampel penghitungan inflasi, yaitu Kota Kendari dan Baubau dengan capaian masing-masing sebesar -0,24 persen (mtm) dan -0,92 persen (mtm).

Kata dia, dengan pencapaian inflasi bulanan tersebut, maka inflasi tahunan Sultra pada Januari 2021 tercatat sebesar 1,48 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan pada bulan Desember 2020 yang tercatat sebesar 1,33 persen (yoy).

"Deflasi pada Januari 2020 dipicu oleh penurunan tekanan inflasi pada kelompok transportasi dan kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar 1,56 persen (mtm) didorong oleh penurunan tekanan inflasi angkutan udara yang tercatat mengalami deflasi sebesar 7,66 persen (mtm) atau memberikan andil sebesar -0,29 persen (mtm) dan merupakan andil deflasi terbesar pada bulan tersebut seiring penurunan permintaan pasca libur natal dan tahun baru," jelasnya.

Selain itu, lanjut Bimo, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,37 persen (mtm), didorong oleh penurunan harga yang cukup signifikan pada beberapa komoditas terutama ikan segar seperti ikan kembung (-8,51 persen mtm), ikan katamba (-4.20 persen mtm), dan ikan bubara (-11,73 persen mtm).

"Produksi yang stabil seiring gelombang yang kondusif menjadi faktor utama yang melatarbelakangi penurunan harga komoditas tersebut," ujar dia.

Ia memprediksi pada Februari 2021, inflasi Sulawesi Tenggara diperkirakan tetap terjaga meskipun sedikit mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya.

Hal tersebut disebabkan oleh fenomena La Nina yang berdampak pada penurunan produksi komoditas sayur-sayuran di Sulawesi Tenggara. Disamping itu, berakhirnya masa panen raya padi dan rencana kenaikan harga cukai rokok dapat mendorong peningkatan inflasi pada periode mendatang.

"Meskipun demikian, penurunan harga komoditas bawang dapat menghambat peningkatan tekanan inflasi pada periode tersebut," ujarnya.

Menyikapi berbagai tantangan yang akan dihadapi pada periode mendatang, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Tenggara bersama dengan TPID Kabupaten/Kota berkomitmen untuk terus meningkatkan koordinasi dan sinergi termasuk dalam pemanfaatan data dan informasi untuk pengendalian inflasi pada tahun 2021.

Salah satu upaya yang dilakukan yakni perbaikan mekanisme pengadaan dengan Kementerian Pertanian terkait komoditas cabai dan bawang.

"Selain itu, peningkatan kerjasama antardaerah sebagaimana dengan MoU yang telah ditandatangi oleh Gubernur dan seluruh bupati/walikota pada tahun 2019 juga akan terus dilakukan," katanya.

Ia berharap, upaya tersebut dapat menjaga kestabilan pasokan di seluruh wilayah Sulawesi Tenggara sehingga mampu menstabilkan harga komoditas.

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024