Jakarta (ANTARA) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menilai Jakarta sebagai Ibu Kota sekaligus daerah transit menjadi salah satu penyebab kasus COVID-19 paling tinggi dibanding daerah lainnya.
"Angka di Jakarta tinggi, pertama karena Jakarta sebagai Ibu Kota dan tempat transit bagi masyarakat yang masuk maupun keluar pada penerbangan domestik serta mancanegara," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Senin.
Kemudian, lanjut Riza, tingginya angka kasus COVID-19 di Jakarta karena secara kumulatif tes yang dilakukan di Jakarta bernilai 10 kali lipat dari standar organisasi kesehatan dunia (WHO).
Selain itu, kata dia, Dinas Kesehatan DKI Jakarta masih mendapatkan rapelan atau rekap data susulan kasus COVID-19 dari pemeriksaan beberapa hari lalu.
"Karenanya, seolah-olah kasus baru COVID-19 terkesan membludak," ujarnya.
Keempat, lanjut Riza, tingginya kasus COVID-19 di Jakarta, juga tidak lepas dari adanya libur akhir tahun.
"Jadi libur itu masih memberikan dampak, selain tiga faktor sebelumnya yang menyebabkan kasus Jakarta masih cukup tinggi," ucapnya.
Riza berharap grafik pertambahan kasus COVID-19 di Jakarta semakin melandai usai kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mengikuti kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 11-25 Januari 2021.
Karena dalam masa pembatasan tersebut, Pemprov DKI Jakarta membatasi aktivitias masyarakat di beberapa tempat misalnya perusahaan non-esensial hanya mempekerjakan karyawan maksimal 25 persen di tempat kerja.
"Harapan, tentu akan menurun di Jakarta dan mudahan-mudahan seiring dimulainya vaksinasi masyarakat jadi lebih peduli. Sekalipun ada keyakinan (sehat) kami minta juga tetap disiplin taat menggunakan masker dan taat protokol kesehatan," katanya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan adanya penambahan 3.395 kasus baru pada Minggu (17/1).
Angka tersebut didapat dari akumulasi satu RS BUMN dan satu laboratorium swasta sejak lima hari terakhir sebanyak 836 kasus.
Sementara untuk penambahan murni kasus pada Minggu (17/1) mencapai 2.559 kasus.
Hal itu terungkap setelah dinas melakukan pengetesan terhadap 14.997 spesimen dengan hasil 2.559 positif dan 12.438 negatif.
Di sisi lain, jumlah kasus aktif di Jakarta turun sebanyak 410 kasus, sehingga jumlah kasus aktif sampai hari itu sebanyak 21.679 masih dirawat.
Sedangkan, jumlah kasus positif secara total di Jakarta sampai hari itu sebanyak 227.365 kasus.
Dari jumlah total kasus tersebut, total orang dinyatakan telah sembuh sebanyak 201.907 dengan tingkat kesembuhan 88,8 persen dan total 3.779 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,7 persen, sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 2,9 persen.
"Angka di Jakarta tinggi, pertama karena Jakarta sebagai Ibu Kota dan tempat transit bagi masyarakat yang masuk maupun keluar pada penerbangan domestik serta mancanegara," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Senin.
Kemudian, lanjut Riza, tingginya angka kasus COVID-19 di Jakarta karena secara kumulatif tes yang dilakukan di Jakarta bernilai 10 kali lipat dari standar organisasi kesehatan dunia (WHO).
Selain itu, kata dia, Dinas Kesehatan DKI Jakarta masih mendapatkan rapelan atau rekap data susulan kasus COVID-19 dari pemeriksaan beberapa hari lalu.
"Karenanya, seolah-olah kasus baru COVID-19 terkesan membludak," ujarnya.
Keempat, lanjut Riza, tingginya kasus COVID-19 di Jakarta, juga tidak lepas dari adanya libur akhir tahun.
"Jadi libur itu masih memberikan dampak, selain tiga faktor sebelumnya yang menyebabkan kasus Jakarta masih cukup tinggi," ucapnya.
Riza berharap grafik pertambahan kasus COVID-19 di Jakarta semakin melandai usai kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mengikuti kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 11-25 Januari 2021.
Karena dalam masa pembatasan tersebut, Pemprov DKI Jakarta membatasi aktivitias masyarakat di beberapa tempat misalnya perusahaan non-esensial hanya mempekerjakan karyawan maksimal 25 persen di tempat kerja.
"Harapan, tentu akan menurun di Jakarta dan mudahan-mudahan seiring dimulainya vaksinasi masyarakat jadi lebih peduli. Sekalipun ada keyakinan (sehat) kami minta juga tetap disiplin taat menggunakan masker dan taat protokol kesehatan," katanya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan adanya penambahan 3.395 kasus baru pada Minggu (17/1).
Angka tersebut didapat dari akumulasi satu RS BUMN dan satu laboratorium swasta sejak lima hari terakhir sebanyak 836 kasus.
Sementara untuk penambahan murni kasus pada Minggu (17/1) mencapai 2.559 kasus.
Hal itu terungkap setelah dinas melakukan pengetesan terhadap 14.997 spesimen dengan hasil 2.559 positif dan 12.438 negatif.
Di sisi lain, jumlah kasus aktif di Jakarta turun sebanyak 410 kasus, sehingga jumlah kasus aktif sampai hari itu sebanyak 21.679 masih dirawat.
Sedangkan, jumlah kasus positif secara total di Jakarta sampai hari itu sebanyak 227.365 kasus.
Dari jumlah total kasus tersebut, total orang dinyatakan telah sembuh sebanyak 201.907 dengan tingkat kesembuhan 88,8 persen dan total 3.779 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,7 persen, sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 2,9 persen.