Washington (ANTARA) - Para petugas keamanan berbalut setelan jas berwarna gelap mengeluarkan dan mengarahkan pistol mereka ke massa yang berteriak dan berusaha untuk menghancurkan pintu dan masuk ke dalam ruangan majelis Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat yang biasanya tenang.

Adegan luar biasa itu bergulir di tengah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Kongres AS oleh pendukung Presiden Donald Trump pada hari Rabu waktu setempat.

Pemandangan itu menjadi satu dari banyak momen mengejutkan yang diputar di layar televisi di seluruh dunia ketika kursi negara demokrasi terbesar di dunia diserang oleh ratusan pengunjuk rasa yang marah atas kekalahan Trump atas lawannya dari Partai Demokrat, Joe Biden dalam pemilihan presiden November lalu.



Seorang wanita tewas ditembak dalam kerumunan orang di dekat tangga. Sebuah video yang diunggah ke media sosial menunjukkan apa yang terdengar seperti suara tembakan dan seorang petugas berpakaian gelap bersenjatakan senapan berdiri di dekat tempat dia jatuh. Petugas lain bergegas membantunya. Tak terlihat jelas situasi penembakannya, termasuk siapa yang melepaskan tembakan.

Apa yang dimulai sebagai protes tak teratur terhadap kekalahan Trump mendidih menjadi pengepungan Gedung Capitol, simbol demokrasi AS, yang melumpuhkan Kongres di tengah langkah-langkah terakhir untuk meratifikasi kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.

Para perusuh berkelahi dengan petugas kepolisian, mendorong jalan mereka melewati barikade keamanan logam, memecahkan jendela dan memaksa masuk ke dalam gedung, sehingga para anggota parlemen baik di DPR maupun Senat terpaksa menangguhkan pekerjaan mereka dan bersembunyi di kantor dan ruang aman lainnya.

Seorang pengunjuk rasa berjanggut abu-abu menggunakan apa yang tampak seperti pelindung anti huru hara plexiglassuntuk memecahkan jendela kaca Capitol, membuka jalan bagi perusuh untuk melewatinya.

Para anggota parlemen dengan pengalaman militer, termasuk Perwakilan Demokrat Jason Crow yang merupakan seorang mantan Ranger Angkatan Darat AS, dan Perwakilan Republik Markwayne Mullin, mantan atlet seni bela diri campuran, turun tangan untuk membantu. Perwakilan Reuben Gallego, seorang mantan Marinir, memberi tahu sesama anggota DPR cara memakai masker gas mereka.

Sebagian besar huru-hara terekam dalam foto dan video yang diunggah di media sosial, cuplikan berita, dan disaksikan oleh wartawan Reuters.

Para perusuh yang menyerbu Gedung Capitol berkeliaran dengan bebas melalui koridor, membawa bendera, setidaknya satu panji pertempuran Konfederasi, dan mengambil foto.

Seorang pria berpose untuk berfoto di kantor Ketua DPR Nancy Pelosi, perwakilan partai Demokrat tertinggi di Kongres, satu kaki bersandar di sudut meja kerjanya. Seorang lainnya menyeringai pada seorang fotografer berita saat dia membawa mimbar di tengah sebuah lorong.

Saat para demonstran mendekati anggota parlemen, mereka bentrok dengan petugas. Satu kelompok mengeluarkan alat pemadam kebakaran, dan meninggalkan kabut. Gas air mata pun berhembus ke rotunda di bawah kubah gedung yang menjadi ikon itu.

Beberapa perusuh mengepung ruang Dewan Perwakilan Rakyat saat anggota parlemen berada di dalam, menggedor pintunya, memutus rute pelarian.

"Itu ... terasa seperti terjadi dalam gerak lambat," kata Perwakilan Partai Demokrat Eric Swalwell.

Petugas keamanan menumpuk perabotan di pintu ruangan majelis dan mengeluarkan pistol mereka. Anggota parlemen dan wartawan mendengar suara letusan keras dari luar dan merunduk untuk berlindung di lantai.

"Saya membuka masker gas saya dan kami mendengar letupan, letupan, letupan dan kami semua jatuh," kata Perwakilan Demokrat Vicente Gonzalez kepada Reuters.

Setelah 15 menit, petugas Kepolisian Capitol mengamankan jalur yang cukup untuk melewati Capitol dan mengawal anggota DPR dari majelis ke lokasi lain, mendesak mereka untuk bergegas saat menuruni tangga dan melalui terowongan untuk menghindari kekacauan.

'REPUBLIK PISANG'

Banyak anggota DPR yang berada di kantor masing-masing ketika penganiayaan terjadi karena Pelosi telah membatasi jumlah orang di majelis menjadi 11 orang dari masing-masing partai karena kekhawatiran terkait pandemi virus corona.

Beberapa dievakuasi atas desakan polisi Gedung Capitol sementara yang lain membarikade diri di dalam kantor mereka.

Mike Gallagher, seorang Perwakilan Partai Republik dari Wisconsin, mengatakan dalam sebuah video di media sosial bahwa dia "berlindung di tempat" di kantornya. "Ini omong kosong republik pisang yang sedang kami tonton terjadi sekarang," katanya.

Di seberang Capitol, para pengunjuk rasa lainnya masuk ke galeri Senat, tempat beberapa menit sebelumnya para pejabat keamanan telah mengevakuasi anggota parlemen dan Wakil Presiden Mike Pence, yang memimpin penghitungan suara.

Beberapa orang turun dari galeri ke lantai majelis, lalu naik ke mimbar untuk foto. Seorang pria, bertelanjang dada dan memakai topi bulu bertanduk, wajahnya dicat merah, putih dan biru, berpose di sana sambil memegang bendera Amerika.

Lusinan anggota parlemen berjongkok di ruang aman selama berjam-jam sementara petugas membersihkan gedung. Anggota parlemen dari kedua partai, yang terpecah hanya beberapa jam sebelumnya oleh hasil pemilu, berdoa bersama untuk demokrasi Amerika.

Ketika Kongres kembali pada Rabu malam untuk melanjutkan penghitungan suara, kelompok agen bersenjata, beberapa mengenakan perlengkapan taktis dan membawa senjata otomatis, ditempatkan di sekitar Gedung Capitol.

Sumber: Reuters

 

 


Pewarta : Aria Cindyara
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024