Kendari (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendukung pengembangan kawasan ekowisata terpadu di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Wakil Menteri (Wamen) LHK Alue Dohong mengatakan dukungan melalui dana APBN akan menjadi perhatian kementerian untuk mewujudkan pembangunan kawasan pusat konservasi rusa dan anoa di taman nasional tersebut.
"Ini bisa jadi ikon baru untuk Kabupaten Konawe Selatan dan tentunya untuk Sulawesi Tenggara. TNRAW ini salah satu kawasan paling unik di Indonesia," kata Alue Dohong usai mengunjungi Mangrove Site Kamis (12/11).
Menurut dia, Taman Nasional RAW memiliki keunikan karena terdiri dari empat ekosistem berbeda yakni rawa, mangrove, savana dan hutan tropis. Kemudian endemik fauna yang tidak dimiliki kawasan lain seperti anoa, maleo, rusa timor, monyet Sulawesi hingga kura-kura yang pernah menjadi bahan peneliti dari Amerika.
Kepala Balai TNRAW, Ali Bahri mengatakan progresnya pengembangan kawasa tersebut baru mencapai 30 persen. Padahal, kata dia, rencananya di tahun 2020 di seluruh titik kawasan bisa mencapai 70 persen untuk pembangunan sarana dan prasarananya.
Dikatakannya, pengembangan kawasan ekowisata di taman nasional tersebut tertunda karena adanya pandemi COVID-19, sehingga anggaran terpotong.
"Padahal, site plan desain tampak taman nasional secara keseluruhan telah dibuat, tapi kita optimis tahun depan kita bakal usulkan kembali pembangunan kawasan wisata ini," ujar Ali Bahri.
Ia menyampaikan, di tabun 2020 ini pihaknya mendapatkan dukungan dari PT PLN, Pemerintah Daerah Konawe Selatan untuk membantu membangun fasilitas di kawasan mangrove seperti gazebo dan penataan halaman depan hutan pendidikan, termasuk menara pantau di site Mandumandula.
Kata Ali Bahri, pada tahun 2021, pikaknya akan membuka tracking jalan hutan pendidikan Tatangge Gunung Watumohai, bersamaan dengan pusat konservasi rusa. Kemudian akan dibangun Plaza yang menjadi pusat informasi bagi pelajar, mahasiswa dan pengunjung ketika melalukan studi atau penelitian di kawasan tersebut.
Ia berharap TNRAW bisa mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah provinsi dan kabupaten baik itu Bombana, Konawe Selatan, dan Kolaka Timur. Dukungan tersebut untuk keberlanjutan pengelolaan ekowisata di kawasan tersebut.
Untuk diketahui, luas zona pemanfaatan untuk destinasi wisata edukasi itu dibagi beberapa lokasi. Di tapak Mandumandula Education luas lebih kurang 200 hektare, di Tatangge Education Forest lebih kurang memiliki luas 20 hektare, kemudian di Mangrove Site lebih kurang memiliki luas 150 Hektare.
Wakil Menteri (Wamen) LHK Alue Dohong mengatakan dukungan melalui dana APBN akan menjadi perhatian kementerian untuk mewujudkan pembangunan kawasan pusat konservasi rusa dan anoa di taman nasional tersebut.
"Ini bisa jadi ikon baru untuk Kabupaten Konawe Selatan dan tentunya untuk Sulawesi Tenggara. TNRAW ini salah satu kawasan paling unik di Indonesia," kata Alue Dohong usai mengunjungi Mangrove Site Kamis (12/11).
Menurut dia, Taman Nasional RAW memiliki keunikan karena terdiri dari empat ekosistem berbeda yakni rawa, mangrove, savana dan hutan tropis. Kemudian endemik fauna yang tidak dimiliki kawasan lain seperti anoa, maleo, rusa timor, monyet Sulawesi hingga kura-kura yang pernah menjadi bahan peneliti dari Amerika.
Kepala Balai TNRAW, Ali Bahri mengatakan progresnya pengembangan kawasa tersebut baru mencapai 30 persen. Padahal, kata dia, rencananya di tahun 2020 di seluruh titik kawasan bisa mencapai 70 persen untuk pembangunan sarana dan prasarananya.
Dikatakannya, pengembangan kawasan ekowisata di taman nasional tersebut tertunda karena adanya pandemi COVID-19, sehingga anggaran terpotong.
"Padahal, site plan desain tampak taman nasional secara keseluruhan telah dibuat, tapi kita optimis tahun depan kita bakal usulkan kembali pembangunan kawasan wisata ini," ujar Ali Bahri.
Ia menyampaikan, di tabun 2020 ini pihaknya mendapatkan dukungan dari PT PLN, Pemerintah Daerah Konawe Selatan untuk membantu membangun fasilitas di kawasan mangrove seperti gazebo dan penataan halaman depan hutan pendidikan, termasuk menara pantau di site Mandumandula.
Kata Ali Bahri, pada tahun 2021, pikaknya akan membuka tracking jalan hutan pendidikan Tatangge Gunung Watumohai, bersamaan dengan pusat konservasi rusa. Kemudian akan dibangun Plaza yang menjadi pusat informasi bagi pelajar, mahasiswa dan pengunjung ketika melalukan studi atau penelitian di kawasan tersebut.
Ia berharap TNRAW bisa mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah provinsi dan kabupaten baik itu Bombana, Konawe Selatan, dan Kolaka Timur. Dukungan tersebut untuk keberlanjutan pengelolaan ekowisata di kawasan tersebut.
Untuk diketahui, luas zona pemanfaatan untuk destinasi wisata edukasi itu dibagi beberapa lokasi. Di tapak Mandumandula Education luas lebih kurang 200 hektare, di Tatangge Education Forest lebih kurang memiliki luas 20 hektare, kemudian di Mangrove Site lebih kurang memiliki luas 150 Hektare.