Baubau (ANTARA) - Pemerintah Kota Baubau melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) daerah itu mengembangkan program jalur Mobilisator Rencana Integrasi Kawasan Agraria, Niaga dan Pariwisata (Morikana) sebagai upaya meningkatkan sarana prasarana transportasi di daerah itu.
Kepala Dinas PUPR Kota Baubau, Sultra, H Andi Hamzah Machmud, di Baubau, Senin, mengatakan, program jalur Morikana fokus pada dua pengembangan infrastruktur yakni, pembangunan jalan lingkar dan jalan by pass guna kelancaran pengembangan suatu daerah atau wilayah sehingga menjadi aset yang harus dikelola dan difungsikan secara optimal.
Menurutnya, pembangunan jalan lingkar dan jalan by pass di Kota Baubau merupakan salah satu cara pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat dengan pengembangan sistem jaringan jalan perkotaan yang dilakukan saat ini.
Jalan lingkar dan jalan by pass merupakan jalan yang melingkari pusat kota dan beberapa pusat-pusat pertumbuhan Kota Baubau, yang berfungsi untuk mempercepat perjalanan dari satu sisi ke sisi kota yang lain tanpa harus melalui pusat kota, dan mengalihkan arus lalu lintas yang melewati pusat kota tersebut.
“Pembangunan infrastruktur jalan bertujuan untuk mendukung distribusi lalu lintas barang maupun manusia dan membentuk struktur ruang wilayah,” tandas Andi Hamzah.
Disebutkan, terdapat dua fokus pengembangan infrastruktur di Kota Baubau yakni pembangunan jalan lingkar itu akan membelah Kota Baubau menjadi dua yang pembangunannya dimulai dari Pantai Nirwana-Batauga menuju Labalawa, Sorawolio dan melintas ke Bungi.
Kedua, pembangunan jalan by pass yang menghubungkan dua pusat pertumbuhan sosial ekonomi antara Kawasan Pelabuhan Murhum dan Kawasan Pergudangan Kota Baubau di Lakologou.
“Pembangunan jalan didasari kebutuhan masyarakat Kota Baubau secara khusus untuk di masa yang akan datang dan menjadi pengembangan beberapa kawasan strategis baru yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Baubau khususnya dan Sulawesi Tenggara pada umumnya, yang pada akhirnya tentunya bertujuan meningkatkan perekonomian nasional,” jelasnya.
Selain itu, perkembangan perekonomian dan peningkatan pertambahan jumlah penduduk, serta posisi Kota Baubau yang cukup strategis mengakibatkan meningkatnya arus penumpang serta permintaan barang dan jasa khususnya di bidang perhubungan darat.
“Di sisi lain pula, terjadi penurunan kinerja pada ruas-ruas jalan yang sudah terbangun sehingga berdampak pada konektivitas antarwilayah. Kondisi ini tentu saja menuntut ketersediaan sarana dan prasarana jalan yang memadai menjadi prioritas utama,” papar mantan Sekretaris Bappeda Baubau ini.
Ia menyatakan, dengan terhubungnya sektor itu pula, nilai lahan dalam suatu kota dianggap mempunyai kaitan yang erat dengan pola penggunaan lahan. Penggunaan lahan dan harga lahan akan saling menentukan dengan berkembangnya area perkotaan di daerah itu.
"Informasi nilai tanah sangat penting untuk berbagai pihak yang dapat digunakan sebagai referensi dalam menentukan nilai suatu properti, besarnya ganti rugi dalam pembebasan tanah, dan lain sebagainya," katanya.
Gagasan diberi nama Program Jalur Morikana, kata dia, diinspirasi dari diksi lokal genius masyarakat Buton yang berarti "segala kebaikan, kenyamanan, keindahan, kemakmuran dan sebagainya".
Gagasan ini, lanjutnya, secara filosofis dilatarbelakangi oleh cara berpikir bahwa sistem prasarana dan sarana transportasi sebagai infrastruktur dasar merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya pergerakan ekonomi wilayah, di mana sistem pendukung dan pendorong prasarana transportasi sangat berperan terhadap efisiensi dan efektifitas kegiatan ekonomi suatu wilayah.
Kepala Dinas PUPR Kota Baubau, Sultra, H Andi Hamzah Machmud, di Baubau, Senin, mengatakan, program jalur Morikana fokus pada dua pengembangan infrastruktur yakni, pembangunan jalan lingkar dan jalan by pass guna kelancaran pengembangan suatu daerah atau wilayah sehingga menjadi aset yang harus dikelola dan difungsikan secara optimal.
Menurutnya, pembangunan jalan lingkar dan jalan by pass di Kota Baubau merupakan salah satu cara pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat dengan pengembangan sistem jaringan jalan perkotaan yang dilakukan saat ini.
Jalan lingkar dan jalan by pass merupakan jalan yang melingkari pusat kota dan beberapa pusat-pusat pertumbuhan Kota Baubau, yang berfungsi untuk mempercepat perjalanan dari satu sisi ke sisi kota yang lain tanpa harus melalui pusat kota, dan mengalihkan arus lalu lintas yang melewati pusat kota tersebut.
“Pembangunan infrastruktur jalan bertujuan untuk mendukung distribusi lalu lintas barang maupun manusia dan membentuk struktur ruang wilayah,” tandas Andi Hamzah.
Disebutkan, terdapat dua fokus pengembangan infrastruktur di Kota Baubau yakni pembangunan jalan lingkar itu akan membelah Kota Baubau menjadi dua yang pembangunannya dimulai dari Pantai Nirwana-Batauga menuju Labalawa, Sorawolio dan melintas ke Bungi.
Kedua, pembangunan jalan by pass yang menghubungkan dua pusat pertumbuhan sosial ekonomi antara Kawasan Pelabuhan Murhum dan Kawasan Pergudangan Kota Baubau di Lakologou.
“Pembangunan jalan didasari kebutuhan masyarakat Kota Baubau secara khusus untuk di masa yang akan datang dan menjadi pengembangan beberapa kawasan strategis baru yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Baubau khususnya dan Sulawesi Tenggara pada umumnya, yang pada akhirnya tentunya bertujuan meningkatkan perekonomian nasional,” jelasnya.
Selain itu, perkembangan perekonomian dan peningkatan pertambahan jumlah penduduk, serta posisi Kota Baubau yang cukup strategis mengakibatkan meningkatnya arus penumpang serta permintaan barang dan jasa khususnya di bidang perhubungan darat.
“Di sisi lain pula, terjadi penurunan kinerja pada ruas-ruas jalan yang sudah terbangun sehingga berdampak pada konektivitas antarwilayah. Kondisi ini tentu saja menuntut ketersediaan sarana dan prasarana jalan yang memadai menjadi prioritas utama,” papar mantan Sekretaris Bappeda Baubau ini.
Ia menyatakan, dengan terhubungnya sektor itu pula, nilai lahan dalam suatu kota dianggap mempunyai kaitan yang erat dengan pola penggunaan lahan. Penggunaan lahan dan harga lahan akan saling menentukan dengan berkembangnya area perkotaan di daerah itu.
"Informasi nilai tanah sangat penting untuk berbagai pihak yang dapat digunakan sebagai referensi dalam menentukan nilai suatu properti, besarnya ganti rugi dalam pembebasan tanah, dan lain sebagainya," katanya.
Gagasan diberi nama Program Jalur Morikana, kata dia, diinspirasi dari diksi lokal genius masyarakat Buton yang berarti "segala kebaikan, kenyamanan, keindahan, kemakmuran dan sebagainya".
Gagasan ini, lanjutnya, secara filosofis dilatarbelakangi oleh cara berpikir bahwa sistem prasarana dan sarana transportasi sebagai infrastruktur dasar merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya pergerakan ekonomi wilayah, di mana sistem pendukung dan pendorong prasarana transportasi sangat berperan terhadap efisiensi dan efektifitas kegiatan ekonomi suatu wilayah.