Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Saadi mengajak semua komponen bangsa meneguhkan kembali komitmen kebangsaan dan mengokohkan konsensus nasional Pancasila dalam momentum HUT RI.
“Bahwa NKRI yang berdasarkan Pancasila adalah bentuk final dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Zainut kepada Ahad.
Dia mengatakan kemerdekaan Indonesia dicapai atas upaya bersama seluruh rakyat Indonesia yang ingin hidup bebas merdeka dari segala bentuk penindasan dan penjajahan. Sehingga kemerdekaan harus dapat dinikmati dan dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
"Kemerdekaan Indonesia harus dapat menyatukan keanekaragaman budaya, bahasa, etnis, suku, ras, golongan dan agama,” kata dia.
Kebhinnekaan, kata dia, merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus terus dipelihara dan dijaga dengan semangat persaudaraan kebangsaan yang hakiki.
MUI, kata dia, mendorong pemerintah untuk terus melakukan ikhtiar mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan bernegara.
Mewujudkan proklamasi, kata dia, bisa dengan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial.
Dia menilai saat ini mulai terjadi gejala memudarnya semangat nasionalisme, patriotisme dan persaudaraan di kalangan warga bangsa.
Hal tersebut, kata Zainut, ditandai dengan menguatnya sikap individualistik dan perilaku eksklusif kelompok yang mengusung tema primordialisme.
Contoh lain, kata dia, termasuk sikap permisif masyarakat terhadap paham radikal yang menentang Pancasila dan simbol-sombol negara dengan dalih agama.
Dia mengatakan di sisi lain ada gejala merasuknya paham liberalisme dan sekularisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan dalih kebebasan demokrasi dan hak asasi manusia (HAM). Semuanya itu merupakan ancaman bagi kelangsungan NKRI dan Pancasila.
"Hendaknya tokoh agama, tokoh politik dan tokoh masyarakat menjadi negarawan yang dapat merekatkan perbedaan dan merajut persaudaraan. Menjadi teladan dalam menerapkan etika politik kesantunan, akhlakul karimah dan berkeadaban dengan tidak mengumbar rasa kebencian dan permusuhan yang dapat memecah belah bangsa Indonesia,” kata dia.
Zainut juga mengajak semua pihak untuk kembali kepada semangat perjanjian luhur bangsa Indonesia yang telah meletakkan dasar-dasar berdirinya NKRI yaitu Pancasila, UUD Negara RI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, agar bangsa Indonesia selamat dan terhindar dari bahaya perpecahan dan tetap berdiri tegak hingga akhir zaman.*
“Bahwa NKRI yang berdasarkan Pancasila adalah bentuk final dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Zainut kepada Ahad.
Dia mengatakan kemerdekaan Indonesia dicapai atas upaya bersama seluruh rakyat Indonesia yang ingin hidup bebas merdeka dari segala bentuk penindasan dan penjajahan. Sehingga kemerdekaan harus dapat dinikmati dan dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
"Kemerdekaan Indonesia harus dapat menyatukan keanekaragaman budaya, bahasa, etnis, suku, ras, golongan dan agama,” kata dia.
Kebhinnekaan, kata dia, merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus terus dipelihara dan dijaga dengan semangat persaudaraan kebangsaan yang hakiki.
MUI, kata dia, mendorong pemerintah untuk terus melakukan ikhtiar mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan bernegara.
Mewujudkan proklamasi, kata dia, bisa dengan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial.
Dia menilai saat ini mulai terjadi gejala memudarnya semangat nasionalisme, patriotisme dan persaudaraan di kalangan warga bangsa.
Hal tersebut, kata Zainut, ditandai dengan menguatnya sikap individualistik dan perilaku eksklusif kelompok yang mengusung tema primordialisme.
Contoh lain, kata dia, termasuk sikap permisif masyarakat terhadap paham radikal yang menentang Pancasila dan simbol-sombol negara dengan dalih agama.
Dia mengatakan di sisi lain ada gejala merasuknya paham liberalisme dan sekularisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan dalih kebebasan demokrasi dan hak asasi manusia (HAM). Semuanya itu merupakan ancaman bagi kelangsungan NKRI dan Pancasila.
"Hendaknya tokoh agama, tokoh politik dan tokoh masyarakat menjadi negarawan yang dapat merekatkan perbedaan dan merajut persaudaraan. Menjadi teladan dalam menerapkan etika politik kesantunan, akhlakul karimah dan berkeadaban dengan tidak mengumbar rasa kebencian dan permusuhan yang dapat memecah belah bangsa Indonesia,” kata dia.
Zainut juga mengajak semua pihak untuk kembali kepada semangat perjanjian luhur bangsa Indonesia yang telah meletakkan dasar-dasar berdirinya NKRI yaitu Pancasila, UUD Negara RI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, agar bangsa Indonesia selamat dan terhindar dari bahaya perpecahan dan tetap berdiri tegak hingga akhir zaman.*