Jakarta (ANTARA) - Sejarawan Indonesia Asep Kambali mengajak para generasi muda untuk mengenal dirinya melalui sejarah.
"Sangat penting generasi muda mengetahui sejarahnya. Ibarat silsilah keluarga, kita harus tahu siapa leluhur kita. Oleh karena itu kita juga harus mengenal siapa pendiri bangsa ini," ujar Asep dalam diskusi nonton bareng (nobar) virtual "Battle of Surabaya" di Jakarta, Ahad.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) menggelar acara nonton bareng (nobar) virtual "Battle of Surabaya".
Tema dari nobar virtual itu adalah Indonesia Bangkit, Indonesia Maju.
Kepala Puspeka Kemendikbud, Hendarman, memberi apresiasi atas acara yang baru pertama kali digelar di Indonesia bahkan dunia itu.
“Kemendikbud sudah melakukan terobosan. Diselenggarakannya film ini kita berharap adik-adik mengetahui apa yang terjadi di masa lalu dan dapat menghargai jasa para pahlawan bangsa," kata Hendarman.
Tujuan diadakannya nobar secara virtual itu adalah menumbuhkan sikap mental yang tangguh seperti disiplin, berani, loyal, dan bertanggung jawab, menumbuhkan rasa nasionalisme pada generasi muda, menghargai jasa para pahlawan bangsa, serta memahami makna dan arti kemerdekaan Republik Indonesia.
Jumlah peserta nobar virtual itu sebanyak 4.000 pelajar dari 34 Provinsi di Indonesia.
"Dari film ini kita semua bisa belajar untuk menjadi manusia Indonesia yang memiliki karakter perjuangan, tidak boleh takut dan pantang menyerah, harus berani demi kebenaran dalam memperjuangkan harga diri bangsa Indonesia,” ujar Hendarman.
Produser dan penulis film "Battle of Surabaya", Muhammad Suyanto, mengatakan alasannya untuk membuat film dengan latar belakang perang 10 November di Surabaya itu adalah karena kuatnya pesan moral yang ingin disampaikan kepada generasi muda.
"Tidak ada pihak yang menang dalam peperangan, kita ingin dunia penuh kedamaian dan cinta,” pesan Suyanto yang juga Rektor Universitas Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIKOM), Yogyakarta itu.
Film animasi "Battle of Surabaya" dipilih karena dinilai paling sesuai dengan karakteristik penonton muda. Harapannya melalui animasi, nilai-nilai positif tentang penguatan karakter dapat tersampaikan dengan baik, meski di tengah pandemi COVID-19. Selain itu, film animasi ini merupakan karya anak bangsa yang berlatar belakang perang Surabaya pada 1945 dan sudah memenangi 40 penghargaan internasional.*
"Sangat penting generasi muda mengetahui sejarahnya. Ibarat silsilah keluarga, kita harus tahu siapa leluhur kita. Oleh karena itu kita juga harus mengenal siapa pendiri bangsa ini," ujar Asep dalam diskusi nonton bareng (nobar) virtual "Battle of Surabaya" di Jakarta, Ahad.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) menggelar acara nonton bareng (nobar) virtual "Battle of Surabaya".
Tema dari nobar virtual itu adalah Indonesia Bangkit, Indonesia Maju.
Kepala Puspeka Kemendikbud, Hendarman, memberi apresiasi atas acara yang baru pertama kali digelar di Indonesia bahkan dunia itu.
“Kemendikbud sudah melakukan terobosan. Diselenggarakannya film ini kita berharap adik-adik mengetahui apa yang terjadi di masa lalu dan dapat menghargai jasa para pahlawan bangsa," kata Hendarman.
Tujuan diadakannya nobar secara virtual itu adalah menumbuhkan sikap mental yang tangguh seperti disiplin, berani, loyal, dan bertanggung jawab, menumbuhkan rasa nasionalisme pada generasi muda, menghargai jasa para pahlawan bangsa, serta memahami makna dan arti kemerdekaan Republik Indonesia.
Jumlah peserta nobar virtual itu sebanyak 4.000 pelajar dari 34 Provinsi di Indonesia.
"Dari film ini kita semua bisa belajar untuk menjadi manusia Indonesia yang memiliki karakter perjuangan, tidak boleh takut dan pantang menyerah, harus berani demi kebenaran dalam memperjuangkan harga diri bangsa Indonesia,” ujar Hendarman.
Produser dan penulis film "Battle of Surabaya", Muhammad Suyanto, mengatakan alasannya untuk membuat film dengan latar belakang perang 10 November di Surabaya itu adalah karena kuatnya pesan moral yang ingin disampaikan kepada generasi muda.
"Tidak ada pihak yang menang dalam peperangan, kita ingin dunia penuh kedamaian dan cinta,” pesan Suyanto yang juga Rektor Universitas Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIKOM), Yogyakarta itu.
Film animasi "Battle of Surabaya" dipilih karena dinilai paling sesuai dengan karakteristik penonton muda. Harapannya melalui animasi, nilai-nilai positif tentang penguatan karakter dapat tersampaikan dengan baik, meski di tengah pandemi COVID-19. Selain itu, film animasi ini merupakan karya anak bangsa yang berlatar belakang perang Surabaya pada 1945 dan sudah memenangi 40 penghargaan internasional.*