Jakarta (ANTARA) - Suzuki Jimny adalah mobil off-road ikonis yang punya banyak sejarah bagi masyarakat Indonesia.
Wujudnya yang kotak seolah tidak pernah tua dimakan zaman. Sebaliknya, model Jimny saat ini -- yang menggabungkan desain klasik dengan fitur modern -- memiliki daya pikat tersendiri untuk penikmatnya.
Jimny yang pernah diproduksi Indonesia pada era 1985 sampai 2000-an punya konsumen yang loyal. Baik itu untuk hobi "main lumpur" bersama mobil, pemilik Jimny generasi awal yang terlanjur mencintai kendaraannya, atau pemilik milenial yang ingin bernostalgia karena orang tuanya adalah pemilik Jimny.
Beberapa di antaranya mengaitkan Jimny dengan romantisme masa lalu bersama keluarga. Namun sebagian yang lain menilai Jimny sebagai simbol fesyen yang maskulin.
Suzuki Jimny (ANTARA/Alviansyah P)
Kenapa fesyen maskulin?
Patut disepakati bahwa mobil bukan sekadar alat mobilitas, melainkan penunjang gaya hidup yang mencerminkan karakter pemiliknya. Jika seorang petinggi perusahaan mencitrakan dirinya dengan mobil mewah, anak kuliahan mau mobil yang praktis tapi keren, maka begitu juga dengan kalangan pehobi off-road yang identik dengan maskulinitas.
Maskulinitas terlihat dari tampilan awal, terutama pada model Jimny. Meski tampilan Jimny versi sekarang terlihat lebih "manis" ketimbang versi-versi sebelumnya, namun mobil ikonis Suzuki itu bermain "jujur" dalam urusan desain.
Mereka menampilkan Jimny dengan apa adanya, sesuai sejarah mobil itu yang dirangkum dalam empat "keturunan" generasi. Desain boxy, ban serep digendong pintu belakang, beberapa ornamen off-road, atap yang rata untuk memasang rack, atau ground clereance tinggi adalah sebagian dari objek maskulinitas itu.
Jimny sudah maskulin sejak generasi awal diproduksi pada 1970-an, maka mereka tidak perlu membuat sesuatu hal yang seolah-olah ingin mempertegas ketangguhan Jimny.
Jimny generasi keempat pun tidak sekadar modal tampang, mereka membuktikannya pada komponen tulang "ladder frame" atau sasis tangga yang didesain khusus untuk medan keras, 4WD dengan jangkauan gigi roda rendah dan rigid axle suspension yang diwariskan dari generasi sebelumnya.
Berfitur All Grip Pro, Jimny bisa melibas seluruh permukaan jalan, antara lain mode 2H untuk berkendara normal, mode 4H untuk off-road, dan mode 4L untuk melintasi bebatuan, lumpur dan medan berat lainnya.
Mobil yang mempertahankan desain kotak itu menggunakan suspensi baru "3 link rigid axle coil spring" yang membuatnya stabil di lintasan ekstrim dan nyaman di jalan biasa.
Mesinnya memakai K15B 1.500cc -- tanpa turbo, tanpa dorongan hybrid, juga tak ada versi diesel -- namun dapur pacu itu dapat mendorong mobil seberat 1,4 ton di berbagai medan jalan.
Saat ANTARA menjajal mobil ini di jalur Puncak-Cianjur melalui jalan desa atau jalur alternatif, banyaknya tanjakan dan tikungan tajam dengan medan jalan yang sempit bukan halangan berarti untuk Jimny.
Meski bertransmisi otomatis, penyaluran daya terasa cukup cepat dan instan dengan gear rasio yang lebih rendah. Jangan lupa, kenikmatan mengendarai Jimny adalah saat putaran mesin (RPM) tinggi, jadi lupakan sejenak konsumsi bahan bakar.
Saat dijajal di lintasan off-road tanah merah dan berbatu, mobil ini seolah "pulang" ke habitatnya. Dengan menggeser tuas gardan ke mode 4H atau 4L, Anda akan merasakan bagaimana serunya bermain bersama Jimny.
Jangan khawatir jika Anda membawa keluarga kecil. Jimny terbaru ini memuat 4 penumpang dengan posisi duduk yang cukup lega. Kursi belakang menghadap depan dengan opsi lipat untuk menampung barang bawaan yang banyak.
Mobil yang diproduksi di Jepang ini dapat dipesan di Indonesia seharga Rp372,5 juta hingga Rp388 juta, dengan masa inden tertentu.
Video
Wujudnya yang kotak seolah tidak pernah tua dimakan zaman. Sebaliknya, model Jimny saat ini -- yang menggabungkan desain klasik dengan fitur modern -- memiliki daya pikat tersendiri untuk penikmatnya.
Jimny yang pernah diproduksi Indonesia pada era 1985 sampai 2000-an punya konsumen yang loyal. Baik itu untuk hobi "main lumpur" bersama mobil, pemilik Jimny generasi awal yang terlanjur mencintai kendaraannya, atau pemilik milenial yang ingin bernostalgia karena orang tuanya adalah pemilik Jimny.
Beberapa di antaranya mengaitkan Jimny dengan romantisme masa lalu bersama keluarga. Namun sebagian yang lain menilai Jimny sebagai simbol fesyen yang maskulin.
Kenapa fesyen maskulin?
Patut disepakati bahwa mobil bukan sekadar alat mobilitas, melainkan penunjang gaya hidup yang mencerminkan karakter pemiliknya. Jika seorang petinggi perusahaan mencitrakan dirinya dengan mobil mewah, anak kuliahan mau mobil yang praktis tapi keren, maka begitu juga dengan kalangan pehobi off-road yang identik dengan maskulinitas.
Maskulinitas terlihat dari tampilan awal, terutama pada model Jimny. Meski tampilan Jimny versi sekarang terlihat lebih "manis" ketimbang versi-versi sebelumnya, namun mobil ikonis Suzuki itu bermain "jujur" dalam urusan desain.
Mereka menampilkan Jimny dengan apa adanya, sesuai sejarah mobil itu yang dirangkum dalam empat "keturunan" generasi. Desain boxy, ban serep digendong pintu belakang, beberapa ornamen off-road, atap yang rata untuk memasang rack, atau ground clereance tinggi adalah sebagian dari objek maskulinitas itu.
Jimny sudah maskulin sejak generasi awal diproduksi pada 1970-an, maka mereka tidak perlu membuat sesuatu hal yang seolah-olah ingin mempertegas ketangguhan Jimny.
Jimny generasi keempat pun tidak sekadar modal tampang, mereka membuktikannya pada komponen tulang "ladder frame" atau sasis tangga yang didesain khusus untuk medan keras, 4WD dengan jangkauan gigi roda rendah dan rigid axle suspension yang diwariskan dari generasi sebelumnya.
Berfitur All Grip Pro, Jimny bisa melibas seluruh permukaan jalan, antara lain mode 2H untuk berkendara normal, mode 4H untuk off-road, dan mode 4L untuk melintasi bebatuan, lumpur dan medan berat lainnya.
Mobil yang mempertahankan desain kotak itu menggunakan suspensi baru "3 link rigid axle coil spring" yang membuatnya stabil di lintasan ekstrim dan nyaman di jalan biasa.
Mesinnya memakai K15B 1.500cc -- tanpa turbo, tanpa dorongan hybrid, juga tak ada versi diesel -- namun dapur pacu itu dapat mendorong mobil seberat 1,4 ton di berbagai medan jalan.
Saat ANTARA menjajal mobil ini di jalur Puncak-Cianjur melalui jalan desa atau jalur alternatif, banyaknya tanjakan dan tikungan tajam dengan medan jalan yang sempit bukan halangan berarti untuk Jimny.
Meski bertransmisi otomatis, penyaluran daya terasa cukup cepat dan instan dengan gear rasio yang lebih rendah. Jangan lupa, kenikmatan mengendarai Jimny adalah saat putaran mesin (RPM) tinggi, jadi lupakan sejenak konsumsi bahan bakar.
Saat dijajal di lintasan off-road tanah merah dan berbatu, mobil ini seolah "pulang" ke habitatnya. Dengan menggeser tuas gardan ke mode 4H atau 4L, Anda akan merasakan bagaimana serunya bermain bersama Jimny.
Jangan khawatir jika Anda membawa keluarga kecil. Jimny terbaru ini memuat 4 penumpang dengan posisi duduk yang cukup lega. Kursi belakang menghadap depan dengan opsi lipat untuk menampung barang bawaan yang banyak.
Mobil yang diproduksi di Jepang ini dapat dipesan di Indonesia seharga Rp372,5 juta hingga Rp388 juta, dengan masa inden tertentu.
Video