Kendari (ANTARA) - Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra) menyampaikan bahwa nilai tranksaksi saham daerah itu sempat mengalami penurunan pada Februari mencapai Rp17,.556 miliar namun pada April 2020 naik menjadi Rp42,255 miliar meski adanya pandemi COVID-19
Pelaksana Harian Kepala Kantor Perwakilan BEI Sultra, Ricky mengatakan pandemi COVID-19 membuat harga-harga saham di BEI terkoreksi. Sentimen negatif terhadap situasi ekonomi membuat banyak investor panik sehingga melakukan aksi penjualan saham.
"Penjualan saham dalam jumlah besar inilah yang membuat harga-harga saham menjadi turun. Turunnya harga saham tentunya tidak terlepas dari mekanisme pasar yakni faktor supply dan demand. Saat terjadi oversupply, maka harga saham makin turun," kata Ricky melalui siaran persnya yang diterima, Selasa.
Hal ini, kata dia, tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada pada posisi 6.299 di awal tahun 2020 dan sempat menyentuh angka 3.911 di bulan Maret lalu.
Ricky memaparkan, di Sulawesi Tenggara sendiri terjadi penurunan nilai transaksi Pasar Modal yang cukup signifikan di Bulan Februari dan Maret 2020. Untuk Januari mencapai Rp40,772 miliar; Februari Rp17,556 miliar; Maret Rp27,864 miliar, dan pada April Rp42,255 miliar.
"Namun demikian di bulan April 2020 telah terlihat peningkatan nilai transaksi yang cukup tinggi dan mencapai nilai Rp42,255 miliar. Nilai transaksi tersebut mencerminkan kepercayaan masyarakat untuk kembali berinvestasi di Pasar Modal bahkan di tengah kondisi pandemi COVID-19 saat ini," jelas Ricky.
Ricky optomis, dalam berinvestasi selalu ada peluang di setiap kondisi. Menurut dia, menjadi peluang bagi investor untuk mulai berinvestasi ketika harga-harga saham mengalami penurunan. Ketika situasi pandemi COVID-19 berakhir, dan perekonomian dunia serta Indonesia membaik, maka harga saham berpotensi naik kembali menuju pada harga wajar sahamnya. Atau harga buku per saham yang sesuai dengan kinerja perusahaan.
"Saat ini sangat mudah bagi masyarakat untuk berinvestasi di Pasar Modal, baik itu dalam bentuk Saham ataupun Reksadana. Syaratnya cukup dengan melampirkan KTP, Buku Tabungan dan Dana minimal Rp100 ribu yang langsung menjadi saldo awal rekening saham atau reksadana yang bersangkutan," ungkapnya.
Dalam kondisi Pandemi COVID-19, Kantor Perwakilan BEI Sulawesi Tenggara tetap melakukan edukasi Pasar Modal secara daring (online). Baik melalui Instagram dan juga melalui berbagai Aplikasi Webinar. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tetap dapat mengakses informasi maupun pembelajaran terkait Pasar Modal dimanapun mereka berada.
Pelaksana Harian Kepala Kantor Perwakilan BEI Sultra, Ricky mengatakan pandemi COVID-19 membuat harga-harga saham di BEI terkoreksi. Sentimen negatif terhadap situasi ekonomi membuat banyak investor panik sehingga melakukan aksi penjualan saham.
"Penjualan saham dalam jumlah besar inilah yang membuat harga-harga saham menjadi turun. Turunnya harga saham tentunya tidak terlepas dari mekanisme pasar yakni faktor supply dan demand. Saat terjadi oversupply, maka harga saham makin turun," kata Ricky melalui siaran persnya yang diterima, Selasa.
Hal ini, kata dia, tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada pada posisi 6.299 di awal tahun 2020 dan sempat menyentuh angka 3.911 di bulan Maret lalu.
Ricky memaparkan, di Sulawesi Tenggara sendiri terjadi penurunan nilai transaksi Pasar Modal yang cukup signifikan di Bulan Februari dan Maret 2020. Untuk Januari mencapai Rp40,772 miliar; Februari Rp17,556 miliar; Maret Rp27,864 miliar, dan pada April Rp42,255 miliar.
"Namun demikian di bulan April 2020 telah terlihat peningkatan nilai transaksi yang cukup tinggi dan mencapai nilai Rp42,255 miliar. Nilai transaksi tersebut mencerminkan kepercayaan masyarakat untuk kembali berinvestasi di Pasar Modal bahkan di tengah kondisi pandemi COVID-19 saat ini," jelas Ricky.
Ricky optomis, dalam berinvestasi selalu ada peluang di setiap kondisi. Menurut dia, menjadi peluang bagi investor untuk mulai berinvestasi ketika harga-harga saham mengalami penurunan. Ketika situasi pandemi COVID-19 berakhir, dan perekonomian dunia serta Indonesia membaik, maka harga saham berpotensi naik kembali menuju pada harga wajar sahamnya. Atau harga buku per saham yang sesuai dengan kinerja perusahaan.
"Saat ini sangat mudah bagi masyarakat untuk berinvestasi di Pasar Modal, baik itu dalam bentuk Saham ataupun Reksadana. Syaratnya cukup dengan melampirkan KTP, Buku Tabungan dan Dana minimal Rp100 ribu yang langsung menjadi saldo awal rekening saham atau reksadana yang bersangkutan," ungkapnya.
Dalam kondisi Pandemi COVID-19, Kantor Perwakilan BEI Sulawesi Tenggara tetap melakukan edukasi Pasar Modal secara daring (online). Baik melalui Instagram dan juga melalui berbagai Aplikasi Webinar. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tetap dapat mengakses informasi maupun pembelajaran terkait Pasar Modal dimanapun mereka berada.