Kendari (ANTARA) - Padi yang siap panen  di Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra)  mengalami rusak (rebah) akibat hujan deras diiringi angin kencang menimpa wilayah itu beberapa hari terakhir diperkirakan akan terjadi penurunan produksi gabah.

Petugas penyuluh pertanian Dinas Pertanian Bombana, Jamaluddin yang dihubungi, Jumat, membenarkan sedikit ada puluhan bahkan mencapai ratusan hektare padi milik petani di dua desa rusak akibat intensitas hujan tinggi yang menyebabkan tanaman padi rusak.

"Sudah memastikan bahwa produksi gabah petani di wilayah ini menurun hingga antara 40-50 persen. Kalau biasanya bisa produksi 6-7 ton per hektare, karena rusaknya padi sebelum masa panen tiba, kini hanya bisa mendapatkan 3-4 ton per hekatre," katanya.

Itupun, kualitas gabah yang dihasilkan tahun ini tidak sama dengan panen tahun sebelumnya. Harga dipastikan anjlok karena curah hujan tinggi.

Ia mengatakan, harga pembelian gabah oleh pengusaha penggilingan pada petani saat ini antara RpRp3.400 hingga Rp3.500/kg, yang semestinya di atas Rp4.000 per kg gabah kering giling (GKG).

Jamaluddin menambahkan, meski panen padi belum semua berlangsung di wilayah Rumbia dan Rarowatu/Lantari Jaya karena petani tidak bersamaan turun ke sawah karena selain mengharapkan air tadah hujan, dan sebagian lainnya menggunakan irigasi teknis namun terbatas areal sawah yang bisa dikerjakan dalam setiap musim tanam.

Terkait hal itu Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sultra menyebutkan bahwa pada bulan Mei 2020 terdapat 32.000 hektare sawah yang akan melaksanakan panen raya.

Sawah yang akan panen raya tersebut tersebar di Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Selatan, Kolaka Timur, Kolaka, dan Kabupaten Bombana.

"Dengan panen raya antara bulan Mei dan Juni ini, maka akan memperkuat stok pangan beras di Sultra pada masa pandemi COVID-19 saat ini," ujar Plt Kadis Pertanian dan peternakan Sultra, Ari Sismanto.

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024