Jakarta (ANTARA) - Para guru Sekolah Dasar (SD) Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, yang berbatasan langsung dengan Malaysia, memanfaatkan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai media pembelajaran selama pandemi COVID-19 karena keterbatasan jaringan internet di daerah itu.
"Di Sanggau ini letak geografisnya beragam, jadi tidak semua daerah yang mempunyai jaringan internet," kata salah seorang guru SD Kabupaten Sanggau Titis Kartikawati saat konferensi video yang dipantau di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan di daerah tersebut banyak sekali titik "blank spot" sehingga anak didik tidak bisa mengakses internet untuk pembelajaran dalam jaringan (daring) yang dilaksanakan.
Melihat permasalahan tersebut pihak sekolah berkolaborasi dengan RRI setempat mengadakan program belajar melalui radio selama satu jam dengan bantuan para pendidik.
"Setiap Senin hingga Jumat kita bergantian, semua guru bisa memberikan materi sesuai apa yang mereka kuasai," ujar guru kelas lima tersebut.
Titis mengatakan penerapan cara belajar menggunakan radio milik pemerintah tersebut cukup membantu proses belajar mengajar. Sebab akses radio dapat menjangkau semua daerah termasuk titik "blank spot" atau sekitar empat kabupaten di provinsi itu.
"Jadi daerah blank spot bisa juga mendengarkan materi yang kami berikan," katanya.
Selain dapat menjangkau ke berbagai titik, penerapan cara belajar tersebut juga irit biaya. Sekolah atau para guru tidak perlu lagi mengeluarkan biaya besar untuk membeli paket internet.
Apalagi sebagian besar wali murid di daerah itu bekerja sebagai buruh tani, sawit, pedagang sayur dan sebagainya sehingga cukup kesulitan apabila harus mengeluarkan biaya lebih pada anak mereka untuk membeli paket internet.
Terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Prof Unifah Rosyidi mengatakan beragam pembenahan yang mesti dilakukan terkait pembelajaran dari rumah di antaranya akses internet dan listrik terutama di daerah pelosok.
"PGRI mengharapkan pemerintah agar lebih fokus menginvestasikan sarana dan prasarana terutama listrik dan internet," katanya.
"Di Sanggau ini letak geografisnya beragam, jadi tidak semua daerah yang mempunyai jaringan internet," kata salah seorang guru SD Kabupaten Sanggau Titis Kartikawati saat konferensi video yang dipantau di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan di daerah tersebut banyak sekali titik "blank spot" sehingga anak didik tidak bisa mengakses internet untuk pembelajaran dalam jaringan (daring) yang dilaksanakan.
Melihat permasalahan tersebut pihak sekolah berkolaborasi dengan RRI setempat mengadakan program belajar melalui radio selama satu jam dengan bantuan para pendidik.
"Setiap Senin hingga Jumat kita bergantian, semua guru bisa memberikan materi sesuai apa yang mereka kuasai," ujar guru kelas lima tersebut.
Titis mengatakan penerapan cara belajar menggunakan radio milik pemerintah tersebut cukup membantu proses belajar mengajar. Sebab akses radio dapat menjangkau semua daerah termasuk titik "blank spot" atau sekitar empat kabupaten di provinsi itu.
"Jadi daerah blank spot bisa juga mendengarkan materi yang kami berikan," katanya.
Selain dapat menjangkau ke berbagai titik, penerapan cara belajar tersebut juga irit biaya. Sekolah atau para guru tidak perlu lagi mengeluarkan biaya besar untuk membeli paket internet.
Apalagi sebagian besar wali murid di daerah itu bekerja sebagai buruh tani, sawit, pedagang sayur dan sebagainya sehingga cukup kesulitan apabila harus mengeluarkan biaya lebih pada anak mereka untuk membeli paket internet.
Terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Prof Unifah Rosyidi mengatakan beragam pembenahan yang mesti dilakukan terkait pembelajaran dari rumah di antaranya akses internet dan listrik terutama di daerah pelosok.
"PGRI mengharapkan pemerintah agar lebih fokus menginvestasikan sarana dan prasarana terutama listrik dan internet," katanya.