Jakarta (ANTARA) - Meski telah bertahun-tahun mewarnai belantika musik Indonesia, duo musisi jazz Dewa Budjana dan Indra Lesmana tak menampik bahwa keduanya merasa tertantang untuk melakukan konser secara virtual atau daring, menyusul adanya pandemi virus corona.
Salah satu tantangan terbesar bagi keduanya ketika memutuskan untuk tampil bersama secara live lewat internet, adalah adanya keterlambatan pengantaran pada jaringan komunikasi data dan juga suara (latency).
"Kami menyadari adanya berbagai kendala teknis dalam bermusik bersama secara live online. Salah satunya dapat dikarenakan kapasitas public internet yang mengakibatkan latency yang tidak dapat diprediksi," kata Budjana melalui konferensi virtual, Sabtu.
Lebih lanjut, Budjana mengungkapkan adanya perbedaan latihan antara "manggung" secara daring dan sebaliknya. Banyak trik yang biasa ia lakukan di panggung tidak dapat dilakukan di panggung virtual karena keterbatasan yang ada.
Waktu latihan pun ia nilai menjadi cukup lama karena harus memperbaiki teknis audio, yang ia sebut memakan waktu hingga tiga minggu lamanya.
"Jadi untuk konser (virtual) ini, audio kami utamakan daripada gambar, kami fokus untuk menyamakan audionya dulu. Tantangan gap ketika latihan jarak jauh rasanya beda banget," ungkap gitaris GIGI itu.
Sementara, Indra berpendapat di balik banyaknya tantangan yang ada, hubungan antara musisi dan teknologi saat ini bukanlah hal yang baru. Banyak kolaborasi antarmusisi dunia yang dilakukan secara daring.
"Sejak ada internet dan teknologi, musisi sudah biasa kerja bersama dari kota/negara lain, untuk mengisi part (instrumen) masing-masing sampai mixing. Ini sebenarnya sudah common," kata Indra.
Indra dan Budjana yang tergabung dalam proyek ILDB itu lalu menginisiasi konser virtual langsung bertajuk "Mostly Jazz Live Online" yang diharapkan bisa menjadi terobosan baru dan obat rindu bagi para penikmat jazz Tanah Air.
"Kami terpacu menggarap suatu terobosan baru. Melalui program 'Mostly Jazz Live Online' ini, kami harapkan bisa menjadi suatu ruang pagelaran karya musik dengan kualitas sistem teknis audio dan video yang selaras walaupun dari jarak yang berjauhan," kata Indra.
Salah satu tantangan terbesar bagi keduanya ketika memutuskan untuk tampil bersama secara live lewat internet, adalah adanya keterlambatan pengantaran pada jaringan komunikasi data dan juga suara (latency).
"Kami menyadari adanya berbagai kendala teknis dalam bermusik bersama secara live online. Salah satunya dapat dikarenakan kapasitas public internet yang mengakibatkan latency yang tidak dapat diprediksi," kata Budjana melalui konferensi virtual, Sabtu.
Lebih lanjut, Budjana mengungkapkan adanya perbedaan latihan antara "manggung" secara daring dan sebaliknya. Banyak trik yang biasa ia lakukan di panggung tidak dapat dilakukan di panggung virtual karena keterbatasan yang ada.
Waktu latihan pun ia nilai menjadi cukup lama karena harus memperbaiki teknis audio, yang ia sebut memakan waktu hingga tiga minggu lamanya.
"Jadi untuk konser (virtual) ini, audio kami utamakan daripada gambar, kami fokus untuk menyamakan audionya dulu. Tantangan gap ketika latihan jarak jauh rasanya beda banget," ungkap gitaris GIGI itu.
Sementara, Indra berpendapat di balik banyaknya tantangan yang ada, hubungan antara musisi dan teknologi saat ini bukanlah hal yang baru. Banyak kolaborasi antarmusisi dunia yang dilakukan secara daring.
"Sejak ada internet dan teknologi, musisi sudah biasa kerja bersama dari kota/negara lain, untuk mengisi part (instrumen) masing-masing sampai mixing. Ini sebenarnya sudah common," kata Indra.
Indra dan Budjana yang tergabung dalam proyek ILDB itu lalu menginisiasi konser virtual langsung bertajuk "Mostly Jazz Live Online" yang diharapkan bisa menjadi terobosan baru dan obat rindu bagi para penikmat jazz Tanah Air.
"Kami terpacu menggarap suatu terobosan baru. Melalui program 'Mostly Jazz Live Online' ini, kami harapkan bisa menjadi suatu ruang pagelaran karya musik dengan kualitas sistem teknis audio dan video yang selaras walaupun dari jarak yang berjauhan," kata Indra.