Surabaya (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyebut jumlah pasien yang sembuh dari COVID-19 di Kota Pahlawan, Jawa Timur itu pada Rabu (22/4) mencapai 1.380 orang.
"Angka kesembuhan lebih tinggi 6 persen dari pada kematian," kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, dr Ponco Nugroho di Balai Kota Surabaya, Kamis.
Menurut dia, dari data 1.380 pasien yang sudah dinyatakan sembuh itu, terdiri dari 1.086 orang dalam pemantauan (ODP), 243 pasien dalam pengawasan (PDP) dan 51 orang pasien terkonfirmasi positif COVID-19.
Ia mengatakan semua pasien yang telah sembuh tersebut, merupakan pasien rawat jalan dan rawat inap.
Bagi pasien rawat jalan, lanjut dia, Pemkot Surabaya telah memberikan perhatian melalui berbagai macam intervensi, mulai dari penyediaan makan sehari tiga kali, minuman tradisional pokak, telur rebus, vitamin, masker bahkan kebutuhan pribadi seperti sikat gigi, sisir, sabun mandi, shampo, piring dan sendok.
"Bu Wali Kota selalu memberikan perhatian itu, seperti bersurat mengirimkan berbagai kebutuhan. Kami berusaha semaksimal mungkin agar imun mereka meningkat. Apalagi psikis orang yang diperhatikan itu berfikir positif dapat menambah imun," ujarnya.
Saat ditanya kenapa angka positif di Surabaya mengalami kenaikan? dr. Ponco menjelaskan bahwa selama ini pemkot melakukan test rapid dan tes swab tidak hanya sekali saja.
Ia mencontohkan ada salah satu pasien saat dilakukan rapid test hasilnya negatif, maka tidak berhenti sampai di situ.
"Seminggu setelah itu, dilakukan kembali rapid tes kedua. Hal ini juga berlaku ketika pasien itu dilakukan tes swab. Jadi meskipun hasil swab pertama negatif, tapi kami ulang kembali tesnya 7-14 hari setelah tes pertama. Itu dilakukan semasif mungkin termasuk orang dalam risiko (ODR) dan orang tanpa gejala (OTG)," katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa warga yang berstatus sebagai ODR berjumlah 4.297 jiwa. Dari angka tersebut, warga yang telah selesai dipantau mencapai 4.054 jiwa. Artinya, yang sedang terpantau saat ini jumlahnya 243 jiwa.
Sementara itu, jumlah warga yang statusnya sebagai OTG sebanyak 647 orang terdiri dari 318 sudah selesai dipantau dengan 14 hari masa inkubasi. "Tinggal 329 yang sedang dalam pantauan," katanya.
Menurut dia, pasien COVID-19 yang meninggal dunia sebenarnya sebagian besar memiliki riwayat penyakit penyerta. Dari data menyebutkan, pasien COVID-19 yang meninggal dunia sebanyak 36 dengan rincian adalah 2 pasien meninggal tanpa penyakit penyerta, 32 pasien dengan penyakit penyerta, dan dua kasus PDP dengan penyakit penyerta.
"Sekali lagi, dari 36 hanya ada dua pasien yang meninggal tanpa penyakit penyerta," ujarnya.
"Angka kesembuhan lebih tinggi 6 persen dari pada kematian," kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, dr Ponco Nugroho di Balai Kota Surabaya, Kamis.
Menurut dia, dari data 1.380 pasien yang sudah dinyatakan sembuh itu, terdiri dari 1.086 orang dalam pemantauan (ODP), 243 pasien dalam pengawasan (PDP) dan 51 orang pasien terkonfirmasi positif COVID-19.
Ia mengatakan semua pasien yang telah sembuh tersebut, merupakan pasien rawat jalan dan rawat inap.
Bagi pasien rawat jalan, lanjut dia, Pemkot Surabaya telah memberikan perhatian melalui berbagai macam intervensi, mulai dari penyediaan makan sehari tiga kali, minuman tradisional pokak, telur rebus, vitamin, masker bahkan kebutuhan pribadi seperti sikat gigi, sisir, sabun mandi, shampo, piring dan sendok.
"Bu Wali Kota selalu memberikan perhatian itu, seperti bersurat mengirimkan berbagai kebutuhan. Kami berusaha semaksimal mungkin agar imun mereka meningkat. Apalagi psikis orang yang diperhatikan itu berfikir positif dapat menambah imun," ujarnya.
Saat ditanya kenapa angka positif di Surabaya mengalami kenaikan? dr. Ponco menjelaskan bahwa selama ini pemkot melakukan test rapid dan tes swab tidak hanya sekali saja.
Ia mencontohkan ada salah satu pasien saat dilakukan rapid test hasilnya negatif, maka tidak berhenti sampai di situ.
"Seminggu setelah itu, dilakukan kembali rapid tes kedua. Hal ini juga berlaku ketika pasien itu dilakukan tes swab. Jadi meskipun hasil swab pertama negatif, tapi kami ulang kembali tesnya 7-14 hari setelah tes pertama. Itu dilakukan semasif mungkin termasuk orang dalam risiko (ODR) dan orang tanpa gejala (OTG)," katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa warga yang berstatus sebagai ODR berjumlah 4.297 jiwa. Dari angka tersebut, warga yang telah selesai dipantau mencapai 4.054 jiwa. Artinya, yang sedang terpantau saat ini jumlahnya 243 jiwa.
Sementara itu, jumlah warga yang statusnya sebagai OTG sebanyak 647 orang terdiri dari 318 sudah selesai dipantau dengan 14 hari masa inkubasi. "Tinggal 329 yang sedang dalam pantauan," katanya.
Menurut dia, pasien COVID-19 yang meninggal dunia sebenarnya sebagian besar memiliki riwayat penyakit penyerta. Dari data menyebutkan, pasien COVID-19 yang meninggal dunia sebanyak 36 dengan rincian adalah 2 pasien meninggal tanpa penyakit penyerta, 32 pasien dengan penyakit penyerta, dan dua kasus PDP dengan penyakit penyerta.
"Sekali lagi, dari 36 hanya ada dua pasien yang meninggal tanpa penyakit penyerta," ujarnya.