Kendari (ANTARA) - Para atlet dayung mengimbau KONI Sulawesi Tenggara segera merealisasikan latihan terpusat menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Oktober 2020 di Papua.
Pelatih dayung Sultra Jamaluddin di Kendari, Jumat mengatakan PON XX Oktober 2020 sudah di "depan mata" sementara atlet belum menjalani latihan terpusat.
"Kami (atlet dan pelatih) gelisah keadaan seperti ini karena kegagalan meraih prestasi akan menjadi sorotan. Sebaliknya kalau berhasil banyak pihak yang akan membusungkan dada sebagai pahlawan," kata Jamaluddin.
Kegelisahan kalangan atlet dan pelatih cukup beralasan karena atlet-atlet dayung pesaing Sultra, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta dan tuan rumah Papua sudah mempersiapkan atlet sejak satu tahun lalu.
"Cabang olahraga dayung selalu jadi tumpuan merebut medali emas tetapi kalau tidak dipersiapkan semaksimal mungkin jangan berharap banyak. Yang jelas para atlet sudah merebut tiket PON maka selanjutnya kewajiban pemerintah daerah dan KONI melaksanakan pelatihan terpusat," katanya.
Pedayung rowing putra Sulawesi Tenggara yang merebut tiket PON XX/2020 mengharapkan pelatihan terpusat segera direalisasikan. (foto: sarjono/ANTARA)
Atlet dayung Sultra Julianti mengatakan peta kekuatan dayung di Indonesia sudah saling mengetahui sehingga yang menentukan merebut medali emas atau gagal adalah kualitas latihan.
"Saya yang sudah menghuni pelatnas bertahun-tahun sudah mendeteksi calon-calon lawan, bahkan sudah memiliki keyakinan mampu atau tidak meraih medali pada nomor yang akan saya lombakan," kata Julianti, atlet dayung Indonesia.
Ia optimis atlet-atlet dayung akan mengharumkan daerah (Sultra) di arena PON XX/2020 kalau latihan terpusat digelar dalam waktu yang cukup sekitar satu tahun.
Pelatih dayung nasional asal Sultra M Hadris mengajak pemerintah daerah, KONI dan pecinta olahraga dayung untuk mendukung aspirasi atlet soal pelaksanaan latihan terpusat segera digelar.
"Atlet dan pelatih gelisah kalau latihan terpusat tidak segera digelar karena kalau gagal menyumbangkan medali emas akan menjadi sorotan tanpa mencermati sebab kegagalan yang mendasar," kata Hadris melalui telepon dari Jawa Barat.
Pelatih dayung Sultra Jamaluddin di Kendari, Jumat mengatakan PON XX Oktober 2020 sudah di "depan mata" sementara atlet belum menjalani latihan terpusat.
"Kami (atlet dan pelatih) gelisah keadaan seperti ini karena kegagalan meraih prestasi akan menjadi sorotan. Sebaliknya kalau berhasil banyak pihak yang akan membusungkan dada sebagai pahlawan," kata Jamaluddin.
Kegelisahan kalangan atlet dan pelatih cukup beralasan karena atlet-atlet dayung pesaing Sultra, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta dan tuan rumah Papua sudah mempersiapkan atlet sejak satu tahun lalu.
"Cabang olahraga dayung selalu jadi tumpuan merebut medali emas tetapi kalau tidak dipersiapkan semaksimal mungkin jangan berharap banyak. Yang jelas para atlet sudah merebut tiket PON maka selanjutnya kewajiban pemerintah daerah dan KONI melaksanakan pelatihan terpusat," katanya.
Atlet dayung Sultra Julianti mengatakan peta kekuatan dayung di Indonesia sudah saling mengetahui sehingga yang menentukan merebut medali emas atau gagal adalah kualitas latihan.
"Saya yang sudah menghuni pelatnas bertahun-tahun sudah mendeteksi calon-calon lawan, bahkan sudah memiliki keyakinan mampu atau tidak meraih medali pada nomor yang akan saya lombakan," kata Julianti, atlet dayung Indonesia.
Ia optimis atlet-atlet dayung akan mengharumkan daerah (Sultra) di arena PON XX/2020 kalau latihan terpusat digelar dalam waktu yang cukup sekitar satu tahun.
Pelatih dayung nasional asal Sultra M Hadris mengajak pemerintah daerah, KONI dan pecinta olahraga dayung untuk mendukung aspirasi atlet soal pelaksanaan latihan terpusat segera digelar.
"Atlet dan pelatih gelisah kalau latihan terpusat tidak segera digelar karena kalau gagal menyumbangkan medali emas akan menjadi sorotan tanpa mencermati sebab kegagalan yang mendasar," kata Hadris melalui telepon dari Jawa Barat.