Jakarta (ANTARA) - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengukuhkan penyanyi ternama Yuni Shara sebagai tokoh perempuan PGRI penggerak perubahan karena kiprahnya di bidang pendidikan.
"Pada hari ini, kami ingin menjadi Mbak Yuni sebagai tokoh perempuan PGRI penggerak perubahan atas kiprahnya di bidang pendidikan," ujar Ketua Umum PGRI Profesor Unifah Rosyidi di Jakarta, Jumat.
Dalam kesempatan itu, ia menyerahkan jaket PGRI kepada Yuni Shara.
Unifah menambahkan Yuni Shara berkontribusi di dunia pendidikan, terutama pada pendidikan anak usia dini.
Yuni Shara memiliki PAUD Cahaya Permata Abadi yang terletak di Batu, Malang, Jawa Timur.
Yuni mengaku awalnya dirinya kecebur masuk ke dunia pendidikan.
Hal itu, bermula saat dirinya berkunjung ke sekolah yang mau ambruk dan ditutup.
Dari situ, dia merasa prihatin dengan murid-muridnya yang akan kehilangan sekolahnya.
Akhirnya, dia mengambil alih sekolah itu dan mengontrak agar sekolah tersebut terus berjalan.
"Jadi saya adopsi sekolah itu sampai sekarang, sudah tujuh tahun," kata dia.
Pada 2018, dia mulai membeli tanah dan membangun sekolah tiga lantai untuk sekolah tersebut.
Di sekolah itu, terdapat tempat penitipan anak, kelompok bermain, dan taman kanak-kanak.
Sekolah tersebut merupakan sekolah nonprofit. Biaya pendidikan hanya Rp3.500 per bulan. Saat ini, sekolah itu memiliki 14 guru.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada PGRI yang telah mengundang saya dan memberikan penghargaan yang menurut saya ketinggian. Namun, apapun penilaian orang pada saya, saya mengucapkan terima kasih," kata Yuni.
"Pada hari ini, kami ingin menjadi Mbak Yuni sebagai tokoh perempuan PGRI penggerak perubahan atas kiprahnya di bidang pendidikan," ujar Ketua Umum PGRI Profesor Unifah Rosyidi di Jakarta, Jumat.
Dalam kesempatan itu, ia menyerahkan jaket PGRI kepada Yuni Shara.
Unifah menambahkan Yuni Shara berkontribusi di dunia pendidikan, terutama pada pendidikan anak usia dini.
Yuni Shara memiliki PAUD Cahaya Permata Abadi yang terletak di Batu, Malang, Jawa Timur.
Yuni mengaku awalnya dirinya kecebur masuk ke dunia pendidikan.
Hal itu, bermula saat dirinya berkunjung ke sekolah yang mau ambruk dan ditutup.
Dari situ, dia merasa prihatin dengan murid-muridnya yang akan kehilangan sekolahnya.
Akhirnya, dia mengambil alih sekolah itu dan mengontrak agar sekolah tersebut terus berjalan.
"Jadi saya adopsi sekolah itu sampai sekarang, sudah tujuh tahun," kata dia.
Pada 2018, dia mulai membeli tanah dan membangun sekolah tiga lantai untuk sekolah tersebut.
Di sekolah itu, terdapat tempat penitipan anak, kelompok bermain, dan taman kanak-kanak.
Sekolah tersebut merupakan sekolah nonprofit. Biaya pendidikan hanya Rp3.500 per bulan. Saat ini, sekolah itu memiliki 14 guru.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada PGRI yang telah mengundang saya dan memberikan penghargaan yang menurut saya ketinggian. Namun, apapun penilaian orang pada saya, saya mengucapkan terima kasih," kata Yuni.