Baubau (ANTARA) - Kapal Republik Indonesia (KRI) Teluk Cendrawasih 533 milik Angkatan Laut (AL) memantau daerah-daerah terpencil atau bagian selatan Indonesia dalam mewujudkan keamanan diwilayah perairan laut Nusantara. 

"Jadi operasi kita ini dibawah BKO koarmada III yang posisinya di Sorong dan Ambon. Operasi kita ini untuk mengkafer diwilayah-wilayah daerah-daerah terpencil di sektor bagian selatan seperti Kupang, Saumlaki, Tual, Timika, Merauke, serta perbatasan Timor Leste, dan Australia," ujar Komandan KRI Teluk Cendrawasih 533, Mayor Laut (P) Nurfarid Syarifuddin, di Baubau, Senin. 

Nurfarid yang ditemui di atas kapal KRI 533 di dampingi Danposal Baubau mengatakan, kapal yang diisi 71 personel diantaranya 9 perwira itu, tiba di pelabuhan Murhum setelah sebelumnya dari Saumlaki (Maluku Tenggara)



"Kita tidak selamanya dilaut terus. Untuk mengisi perbekalan itu kita sandar didaerah terdekat yang ada pangkalan-pangkalan Angkatan Laut, yang salah satunya di Baubau," ujarnya. 

Kapal yang sudah beberapa hari sandar di pelabuhan Murhum guna mengisi keperluan seperti bahan bakar dan air bersih, kata dia, akan kembali melanjutkan aktifitas ditengah laut guna menjalankan tugas dalam menjaga wilayah perairan laut Nusantara. 

"Jadi kapal ini fungsinya untuk mengangkut tank-tank amphibi apabila kita melaksanakan operasi gabungan dengan darat, laut dan udara. Tank-tank-nya amphibinya marinir kita muat disini," tuturnya. 

Ia juga mengatakan, selama beberapa bulan terakhir menjalankan tugas pihaknya tidak menemukan nelayan-nelayan asing masuk menangkap ikan diperairan laut Indonesia terutama diwilayah bagian timur Indonesia. 

"Jadi dengan kebijakan pemerintah saat ini, nelayan-nelayan asing berpikir untuk masuk ke Indonesia. Saat ini dari pengamatan kami masih kondusif, lintas batasnya sudah sangat jarang. Kalau yang dari Philipina yang masuk ke samudera pasifik itu mereka lintas damai saja. Kalau diwilayah timur sangat jarang," katanya. 

Tetapi, lanjut dia, bila ditemukan adanya hal-hal seperti ilegal fhising, logging atau pun lainnya diwilayah perairan laut Nusantara, pihaknya tidak segan-segan menindak dengan tegas sesuai prosedur. Seperti kemarin diwilayah Sorong (Papua) ada kapal yang ditangkap pihaknya untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut, karena diduga ada penyimpangan-penyimpangan. 

"Kita dalam beberapa bulan ini ada 10 kapal yang kita proses untuk di berikan pembinaan karena sudah ada beberapa yang tidak sesuai , terutama kapal yang menyangkut bahan bakar," ujarnya. 

Dia juga mengatakan, meskipun saat ini penjagaan paling ketat di bagian Selat Malaka, akan tetapi pihaknya tetap mengantisipasi di bagian timur, karena tidak menutup kemungkinan wilayah itu akan menjadi jalur bagi para "penjahat". 

"Kalau kasus human traffiking diwilayah timur sangat jarang terjadi. Kita perbatasan dengan Australia sangat jarang menemukan itu. Sekarang penjagaan yang sangat ketat di Selat Malaka, tapi tidak menutup kemungkinan akan berubah lewat timur. Nah itu yang kita antisipasi, terutama narkoba," katanya. 

Pewarta : Yusran
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024