Kendari (ANTARA) - Kabupaten Buton Selatan (Busel), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), menampilkan tiga tarian khas Kerajaan Buton, pada acara penutupan malam puncak Hari Pangan Sedunia (HPS), di Kota Kendari, Selasa malam.
Ketiga tarian yang ditampilkan pada malam puncak penutupan HPS, yakni Tari Linda, Tari Manca dan Tari Pomali. Peserta Tari Linda itu berasal dari Desa Molona, Buton Selatan.
Para penari terlihat sangat lincah dalam melakoni tarian tersebut yang berhasil mencuri perhatian penonton dari masyarakat Kota Kendari.
Para penari dibimbing oleh sanggar seni Hatitipula Maulana Jaya, dimana para penari, penabuh dan penyanyi semuanya berkulit albino dan sudah menjadi ikon Kabupaten Buton Selatan.Penari albino ini diinisiasi oleh Bupati Buto Selatan, H Laode Arusani.
"Kita tampilkan dua tarian dari Buton Selatan karena masyarakatnya yang memiliki kulit albino," kata panitia penyelenggara acara (EO), Yoyok di Kendari, Selasa malam.
Tarian Linda saat malam puncak penutupan Hari Pangan Sedunia ke-39 di Sulawesi Tenggara, Selasa malam. (ANTARA/ Bobi Nardi)
Ia berharap dengan adanya kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan pariwisata Sulawesi Tenggara dan memanfaatkan momen ini untuk menyajikan budaya yang ada di 17 kabupaten/kota se-Sultra.
"Sebenarnya ini momen yang tepat untuk kita memperkenalkan tarian yang ada di Kabupaten Buton Selatan sehingga masyarakat luas bisa mengetahui," katanya.
Tari Linda merupakan tarian khas Kerajaan Buton dengan ciri khas selendangnya.
Kemudian tarian ini biasa dirangkaikan dengan Manca dan Pomani. Manca merupakan tarian semi beladiri yang menggunakan beberapa gerakan atau jurus yang dikenal dengan nama Balaba.
Tari Pomali dengan ciri khasnya adalah tongkat dan perisai merupakan tarian dengan simpul pertahanan untuk membentengi diri dari serangan yang dapat membahayakan diri, dan tarian ini juga sering digunakan untuk acara penyambutan para tamu atau tokoh pemerintahan yang datang berkunjung ke Buton Selatan.*
Ketiga tarian yang ditampilkan pada malam puncak penutupan HPS, yakni Tari Linda, Tari Manca dan Tari Pomali. Peserta Tari Linda itu berasal dari Desa Molona, Buton Selatan.
Para penari terlihat sangat lincah dalam melakoni tarian tersebut yang berhasil mencuri perhatian penonton dari masyarakat Kota Kendari.
Para penari dibimbing oleh sanggar seni Hatitipula Maulana Jaya, dimana para penari, penabuh dan penyanyi semuanya berkulit albino dan sudah menjadi ikon Kabupaten Buton Selatan.Penari albino ini diinisiasi oleh Bupati Buto Selatan, H Laode Arusani.
"Kita tampilkan dua tarian dari Buton Selatan karena masyarakatnya yang memiliki kulit albino," kata panitia penyelenggara acara (EO), Yoyok di Kendari, Selasa malam.
Ia berharap dengan adanya kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan pariwisata Sulawesi Tenggara dan memanfaatkan momen ini untuk menyajikan budaya yang ada di 17 kabupaten/kota se-Sultra.
"Sebenarnya ini momen yang tepat untuk kita memperkenalkan tarian yang ada di Kabupaten Buton Selatan sehingga masyarakat luas bisa mengetahui," katanya.
Tari Linda merupakan tarian khas Kerajaan Buton dengan ciri khas selendangnya.
Kemudian tarian ini biasa dirangkaikan dengan Manca dan Pomani. Manca merupakan tarian semi beladiri yang menggunakan beberapa gerakan atau jurus yang dikenal dengan nama Balaba.
Tari Pomali dengan ciri khasnya adalah tongkat dan perisai merupakan tarian dengan simpul pertahanan untuk membentengi diri dari serangan yang dapat membahayakan diri, dan tarian ini juga sering digunakan untuk acara penyambutan para tamu atau tokoh pemerintahan yang datang berkunjung ke Buton Selatan.*