Kendari (ANTARA) - Lembaga Pers Mahasiswa Katharsis Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Haluoleo (UHO) Kendari Sulawesi Tenggara menggelar seminar nasional melawan hoaks di era digital.

Seminar yang diselenggarakan Lembaga Pers Mahasiswa Katharsis Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Haluoleo (UHO) menghadirkan narasumber Ketua Komisi Pemberdayaan Organisasi Dewan Pers RI, Asep Setiawan dan Miss Internet Indonesia tahun 2018, Natasya Silaen di Kendari, Jumat.

Seminar yang diikuti sekitar 200 mahasiswa mengusung tema "Peran pers di era digital dalam melawan hoaks" dibuka oleh Wakil Rektor III UHO Nur Arafah di Auditorium Mokodompit. Narasumber memaparkan materi tentang bahaya hoaks dan ciri-ciri hoaks itu sendiri.

Miss internet Natasya Silaen mengatakan berita bohong yang paling banyak disebarkan tahun 2019 adalah tentang pemilu dan kekerasan.

"Masyarakat diharapkan menjadi kontrol sosial dan ikut berperan mengadukan situs-situs yang menyebarkan berita bohong ke penegak hukum", katanya. Seminar nasional "Peran pers di era digital dalam melawan hoax" Mokodompit Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara yang menghadirkan narasumber Dewan Pers dan Miss internet (Foto ANTARA/Hasbir)

Natasya menambahkan motivasi seseorang menyebarkan berita bohong, antara lain, meningkatkan jumlah pengikut, penonton dan pengunjung website yang secara tidak langsung menguntungkan secara ekonomi bagi pelaku.

Pelaku penyebaran hoaks memiliki beragam target , yakni ujaran kebencian kepada salah satu pihak maupun tokoh nasional, agama, suku, dan organisasi tertentu.

Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mencatat 1.224 kasus penyebaran hoaks,yang terkait masalah sosial, politik, kesehatan dan bencana.

"Konsumen digital di Indonesia luar biasa banyaknya, hingga membuat suatu informasi begitu cepat tersebar", kata Asep Setiawan.

Ia menambahkan di era digital bermunculan situs-situs informasi yang tidak jelas sumbernya sehingga masyarakat harus berhati-hati membaca maupun membagikan berita sebelum diverifikasi kebenarannya.

''Kalau ada situs berita tidak terverifikasi, tidak memiliki alamat dan tidak memiliki redaksi maka itu sudah dapat di pastikan situs penyebar informasi kebohongan atau ia memang mencari keuntungan ekonomi dari berita-berita yang tidak ditangani secara profesional," katanya.

Pewarta : Iin Andyani/Hasbir
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024