Kendari (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menggelar pertemuan orientasi tata laksana infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang dihadiri penanggung jawab Program ISPA berasal dari 17 kabupaten dan kota di daerah itu.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sultra, drg. Heny Triviani di Kendari, Kamis, mengatakan tujuan kegiatan tersebut agar para peserta dapat mengidentifikasi dan merumuskan upaya-upaya konkret dalam pengendalian ISPA di masing-masing kabupaten/kota.

"Kita harapkan dengan kegiatan ini dapat meningkatkan kapasitas petugas kesehatan, mengidentifikasi serta merumuskan upaya-upaya konkret dalam pengendalian ISPA. Hal ini sebagai perwujudan dari komitmen pemerintah untuk mengendalikan ISPA di Sultra," katanya.

Ia menjelaskan ISPA penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai paru-paru, baik alveoli termasuk adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA terdiri atas ISPA bagian atas dan ISPA yang menyerang jaringan paru-paru (alveoli), seperti Pneumonia.

"ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, ISPA juga sebagai penyakit utama dengan kunjungan pasien yang tertinggi di Puskesmas yaitu 40%-60% dan rumah sakit yaitu 15%-30%," jelasnya.

"Pneumonia merupakan penyakit infeksi utama penyebab kematian pada anak di dunia, termasuk di Indonesia. Lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria, dan campak," kata dia.
  Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sultra, drg. Hj Heny Triviani saat menjadi narasumber dalam pertemuan orientasi tatalaksana ISPA. (ANTARA/Harianto)

Faktor risiko ISPA dan Pneumonia adalah tidak mendapatkan ASI eksklusif, kekurangan gizi, tidak mendapat imunisasi campak, berat badan lahir rendah, paparan polusi udara dalam rumah, serta kepadatan penduduk dalam rumah.

Penanggulangan Pneumonia pada balita di antaranya dengan pendekatan keluarga, yaitu upaya promotif seperti ANC, ASI eksklusif, gizi seimbang, PHBS (PTPS), mengurangi polusi udara, etika batuk, dan deteksi dini,

Upaya preventif yaitu imunisasi DPT, campak, Hib, dan pneumokok, upaya diagnostik dini dan pengobatan yang adekuat.

Menanggapi bahaya Pneumonia, beberapa upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sultra yaitu dengan menyediakan pedoman-pedoman, dukungan alat kesehatan, media KIE, pelatihan dan koordinasi atau kerja sama dengan lintas program dan sektor terkait.

Namun, dalam upaya tersebut, Dinas Kesehatan mengalami beberapa kendala, antara lain keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM di fasilitas pelayanan kesehatan primer, kasus Pneumonia yang "under reported", ketergantungan daerah pada pusat, dana BOK belum optimal dimanfaatkan daerah, ketepatan laporan program ISPA masih rendah, banyaknya tenaga tidak terlatih, mutasi, atau rotasi tenaga.
   

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024