Kendari (ANTARA) - Pabrik pengolahan rumput laut di Desa Laeya Kecamatan Poleang Selatan, Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra), diakui selama beroperasi hampir setahun terakhir masih terkendala dengan keterbatasan bahan baku.

"Kapasitas produksi pabrik rumput laut mampu mengolah 10 ton per hari, sementara bahan baku yang tersedia saat ini hanya bisa dikumpulkan dari petani pengumpul 1-2 ton per hari," kata Kadis Perikanan dan Kelautan Bombana, Sarif di Kendari, Minggu.

Menurut Sarif, industri pabrik rumput laut yang didanai melalui APBN 2016 oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan senilai hampir Rp18 miliar itu sebagai komitmen pemerintah pusat dalam memeratakan pembangunan sektor hasil perikanan laut.

"Sebenarnya produksi hasil rumput laut di Kabupaten Bombana dan daerah kabupaten terdekat seperti Kolaka cukup besar, namun karena petani sudah ada ikatan dari para pedagang tengkulak yang memberi dana awal sehingga sulit untuk berpaling menjual hasil rumput lautnya ke pabrik setempat," ujarnya.

Pabrik rumput laut pertama di Kabupaten Bombana itu sebagai wujud keseriusan pemerintah pusat dan daerah dalam memeratakan pembangunan di sektor hasil perikanan laut yang tentunya berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.

"Para petani pengelola rumput laut di wilayah Kabupaten Bombana tentu tidak kesusahan lagi dalam memasarkan bahan baku dagangan rumput lautnya ke luar daerah. Sebab begitu panen, hasilnya langsung ditampung dan dibeli oleh perusahaan pengelola pabrik, namun ada saja pedagang yang memanfaatkan keuntungan sesaat," tuturnya.

Padahal selama ini, petani pengelola rumput laut selalu merasa dirugikan dengan harga yang dimainkan para tengkulak yang lebih awal memberi modal kepada petani dengan harapan setelah panen baru dilakukan pemotongan harga.

Sarif mengatakan, pabrik pengolahan rumput laut itu dapat merubah rumput laut menjadi tepung yang sudah dipasarkan disejumlah daerah.

Ia juga menambahkan, hadirnya pabrik pengolahan rumput laut saat ini menjadi tepung siap jadi tentu menambah sumber pendapatan daerah, dan minimal menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.


 

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024