Kendari (Antaranews Sultra) - Bank Indonesia perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra) mengingatkan adanya potensi peningkatan peredaran uang palsu menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sultra melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai keaslian uang sehingga masyarakat bisa membedakan uang palsu dan uang asli, terutama kepada mereka yang tinggal di daerah terpencil.

"Sepanjang 2018 ditemukan 531 lembar uang palsu. Tahun 2017 peredaran uang palsu sebanyak 1.229 lembar sedangkan tahun 2016 ditemukan 2.276 lembar pecahan uang palsu," ungkap Kepala Perwakilan BI Sultra Suharman Tabrani di Kendari, Kamis.

Mengantisipasi hal tersebut, Bank Indonesia Perwakilan Sultra, terus mengedukasi masyarakat terutama di daerah-daerah terpencil, yang tujuannya agar mereka bisa membedakan uang rupiah asli dan uang rupiah tidak asli.

Menurut Suharman, uang palsu yang ditemukan itu, sebagian besar merupakan pecahan Rp100.000 kemudian pecahan Rp50.000 dan sisanya pecahan Rp20.000.

"Modus pelaku mengedarkan uang palsu, biasanya dengan membeli sesuatu di warung-warung kecil di wilayah terpencil dan mengharapkan uang kembali pecahan rupiah asli," ujarnya.

Suharman Tabrani menambahkan peredaran uang palsu biasanya terjadi pada malam hari, terutama menjelang hari pencoblosan atau pada hari-hari tertentu saat ada kegiatan pesta rakyat (pasar malam) yang banyak pengunjungnya.

Karena itu untuk menekan peredaran uang palsu, BI Perwakilan Sultra terus melakukan sosialisasi mengenai ciri keaslian uang rupiah, dengan metode 3D yakni dilihat, diraba dan diterawang.

"Kami juga mengimbau masyarakat jika menemukan indikasi uang palsu segera melapor kepada pihak berwajib," harap Suharman Tabrani.

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024