Bombana (Antaranews Sultra) - Mesin pompa air sangat efektif digunakan sejumlah kelompok tani padi sawah di beberapa desa Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, saat musim kemarau panjang saat ini.
Keterangan dari kelompok tani dari Desa Lantari Jaya, Bombana, H Ahmad (65), di Kendari, Senin mengatakan, puluhan mesin penyedot air yang digunakan petani setempat untuk memperoleh air dalam rangka mendukung pengolahan sawah tadah hujan di wilayahnya.
Ia menyebutkan dari luasan 750-an hekatrae sawah tadah hujan di wilayah itu, kini sudah menggunakan mesin pompa dalam ukuran tertentu yang mampu mengairi areal persawahaan 2-4 hektare.
"Mesin pompa yang kami gunakan ini, bukan lagi menggunakan bahan bakar minyak (solar), namun yang kami gunakan saat ini adalah bahan bakar elpiji ukuran 3 kilogram," ujarnya.
Menurut Ahmad, penggunaan bahan elpiji untuk menggerakkan mesin pengisap air bawah tanah itu sangat efektif ketimbang dengan menggunakan BBM solar yang jauh lebih besar biayanya.
"Hanya saja, yang menjadi kendala akhir-akhir ini adalah terbatasnya kuota elpiji masuk di wilayah Bombana. meskipun ada saat ini hanya sebatas kebutuhan konsumsi rumah tangga. Bila ketahuan untuk dipakai dalam mesin pompa air, kami mendapat sorotas dari warga," ujarnya.
Ke depan, kata dia, sebaiknya pemerintah setempat memberi kuota khusus bagi para kelompok tani terhadap jatah elpiji dalam rangka membantu para petani sawah untuk memperoleh air bawah tanah untuk kebutuhan persawahan petani setempat.
Pemerintah Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, sebelumnya memberikan bantuan kepada petani sawah di daerah itu sebanyak 200 unit pompa air melalui kelompok tani.
? ?Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Bombana, Hj Nur Alam secara terpisah mengatakan bantuan pompa air itu sebagai bentuk kepedulian pemerintah kabupaten kepada petani yang lahannya mengalami kekeringan.
"SeIain bantuan mesin pompa, beberapa kelompok tani juga dibuatkan sumur pompa dangkal yang dibangun pada titik-titik tertentu yang sewaktu-waktu bisa disedot dengan menggunakan mesin penyedot air," ujarnya.
Keterangan dari kelompok tani dari Desa Lantari Jaya, Bombana, H Ahmad (65), di Kendari, Senin mengatakan, puluhan mesin penyedot air yang digunakan petani setempat untuk memperoleh air dalam rangka mendukung pengolahan sawah tadah hujan di wilayahnya.
Ia menyebutkan dari luasan 750-an hekatrae sawah tadah hujan di wilayah itu, kini sudah menggunakan mesin pompa dalam ukuran tertentu yang mampu mengairi areal persawahaan 2-4 hektare.
"Mesin pompa yang kami gunakan ini, bukan lagi menggunakan bahan bakar minyak (solar), namun yang kami gunakan saat ini adalah bahan bakar elpiji ukuran 3 kilogram," ujarnya.
Menurut Ahmad, penggunaan bahan elpiji untuk menggerakkan mesin pengisap air bawah tanah itu sangat efektif ketimbang dengan menggunakan BBM solar yang jauh lebih besar biayanya.
"Hanya saja, yang menjadi kendala akhir-akhir ini adalah terbatasnya kuota elpiji masuk di wilayah Bombana. meskipun ada saat ini hanya sebatas kebutuhan konsumsi rumah tangga. Bila ketahuan untuk dipakai dalam mesin pompa air, kami mendapat sorotas dari warga," ujarnya.
Ke depan, kata dia, sebaiknya pemerintah setempat memberi kuota khusus bagi para kelompok tani terhadap jatah elpiji dalam rangka membantu para petani sawah untuk memperoleh air bawah tanah untuk kebutuhan persawahan petani setempat.
Pemerintah Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, sebelumnya memberikan bantuan kepada petani sawah di daerah itu sebanyak 200 unit pompa air melalui kelompok tani.
? ?Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Bombana, Hj Nur Alam secara terpisah mengatakan bantuan pompa air itu sebagai bentuk kepedulian pemerintah kabupaten kepada petani yang lahannya mengalami kekeringan.
"SeIain bantuan mesin pompa, beberapa kelompok tani juga dibuatkan sumur pompa dangkal yang dibangun pada titik-titik tertentu yang sewaktu-waktu bisa disedot dengan menggunakan mesin penyedot air," ujarnya.