Kendari (Antaranews Sultra) - Warga Desa Laimeo dan Tanjung Laimeo, Kecamatan Sawa, Kabupaten Konawe Utara, mengkhawatirkan ancaman abrasi bila pemerintah belum juga membangun tanggul pengaman pantai.

Kepala Bidang Kedararutan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Konawe Utara Jasmidin melalui saluran telepon dari Wanggudu, Minggu, mengatakan petugas dari Badan Penanggulangan Bencana sudah mengamati kondisi lapangan yang sebenarnya sehingga memahami keresahan warga setempat.

"Jarak rumah warga dengan garis pantai saat air pasang sudah menyentuh tiang rumah. Kalau tidak segera diantisipasi pada waktu tertentu akan terseret gelombang air laut," kata Jasmidin.

Jalan lingkungan dengan konstruksi rabat beton pasir di Desa Laimeo sepanjang 420 meter sebagai penahan ombak mengalami kerusakan berat, sehingga satu unit rumah warga terancam ambruk.

Abrasi juga mengancam delapan rumah warga nelayan yang berada di pesisir Desa Tanjung Laimeo karena cuaca ekstrim dengan gelombang tinggi sekitar empat meter.

Selain pembangunan tanggul pengaman pantai juga antisipasi musibah berkepanjangan dengan merelokasi warga pesisir yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan ke tempat pemukiman yang lebih aman.

"Kewaspadaan harus ditingkatkan karena abrasi makin meluas. Beberapa sarana desa sudah ada yang rusak karena terkikis air laut. Warga sudah waspada, bahkan ada yang mengungsi untuk sementara waktu,? kata Jasmidin.

Mengantisipasi abrasi yang makin mendesak maka warga membangun tanggul darurat dari karung bekas yang berisikan pasir kemudian disusun di pinggir pantai untuk membendung ombak.

"Warga yang umumnya bermata pencaharian nelayan juga tidak dapat melaut karena cuaca buruk sehingga mencari pekerjaan serabutan untuk menyambung hidup," katanya.

 

Pewarta : Sarjono
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024