Kendari (Antaranews Sultra) - Pedagang musiman di Kota Kendari , Sulawesi Tenggara mengakui usaha penjualan atribut kejuaraan sepak bola piala dunia 2018 di wilayah tersebut sepi pembeli.
Uli, penjual atribut piala dunia 2018 di Kendari, Sabtu mengaku, minat pembeli terhadap atribut sepak bola tergolong biasa-biasa saja dan itupun kebanyakan dari kalangan anak-anak berupa kostum (baju dan celana), sementara dari orang dewasa sangat jarang.
"Mungkin karena masih suasana pascalebaran ditambah lagi dengan nuansa Pilkada, maka para konsumen tidak banyak yang membeli atribut piala dunia," katanya.
Menurut dia, bila dirata-ratakan penjualan atribut per harinya hanya terbilang belasan lembar, dan itupun yang membeli?adalah jenis atribut kualitas biasa, bukan yang orisinal.
"Menjual produk yang orisinal harganya mahal dan pembelinya pun hanya kalangan tertentu, sehingga kami memilih menjual yang Kualitas biasa yang banyak terjangkau dengan masyarakat ekonomi ke bawah," ujarnya.
Diakuinya keuntungan penjualan kaus tim piala dunia 2018 hanya mencapai ratusan ribu rupiah itu hitungan perminggu, sementara pada ajang yang sama empat tahun sebelumnya mencapai jutaan rupiah.
Pedagang kecil dan pengusaha konveksi lainnya juga mengaku proses olah pakaian yang dengan latar belakang Piala Dunia 2018-Rusia, hanya diproduksi dalam jumlah terbatas, karena kuatir kurang pembeli.
"Berbeda dengan momentum Piala Dunia 2014 di Brazil untuk meraup untung dari penjualan kaus kostum tim (jersey) kesebelasan yang berlaga cukup banyak dan pembelinya tergolong melebihi dari kuota yang diinginkan," ujar Adi (42), pengusaha konveksi.
Ia menjual jersey dengan kualitas kain yang bukan orisinal yang serupa dengan yang dikenakan tim Piala Dunia saat berlaga, sebab bahannya pun bukan diproduksi di Kendari namun umumnya didatangkan dari pulau Jawa dan Makassar dengan masih polos, setelah tiba di Kendari baru disablon maupun bordir sesuai dengan pemesannya.
Uli, penjual atribut piala dunia 2018 di Kendari, Sabtu mengaku, minat pembeli terhadap atribut sepak bola tergolong biasa-biasa saja dan itupun kebanyakan dari kalangan anak-anak berupa kostum (baju dan celana), sementara dari orang dewasa sangat jarang.
"Mungkin karena masih suasana pascalebaran ditambah lagi dengan nuansa Pilkada, maka para konsumen tidak banyak yang membeli atribut piala dunia," katanya.
Menurut dia, bila dirata-ratakan penjualan atribut per harinya hanya terbilang belasan lembar, dan itupun yang membeli?adalah jenis atribut kualitas biasa, bukan yang orisinal.
"Menjual produk yang orisinal harganya mahal dan pembelinya pun hanya kalangan tertentu, sehingga kami memilih menjual yang Kualitas biasa yang banyak terjangkau dengan masyarakat ekonomi ke bawah," ujarnya.
Diakuinya keuntungan penjualan kaus tim piala dunia 2018 hanya mencapai ratusan ribu rupiah itu hitungan perminggu, sementara pada ajang yang sama empat tahun sebelumnya mencapai jutaan rupiah.
Pedagang kecil dan pengusaha konveksi lainnya juga mengaku proses olah pakaian yang dengan latar belakang Piala Dunia 2018-Rusia, hanya diproduksi dalam jumlah terbatas, karena kuatir kurang pembeli.
"Berbeda dengan momentum Piala Dunia 2014 di Brazil untuk meraup untung dari penjualan kaus kostum tim (jersey) kesebelasan yang berlaga cukup banyak dan pembelinya tergolong melebihi dari kuota yang diinginkan," ujar Adi (42), pengusaha konveksi.
Ia menjual jersey dengan kualitas kain yang bukan orisinal yang serupa dengan yang dikenakan tim Piala Dunia saat berlaga, sebab bahannya pun bukan diproduksi di Kendari namun umumnya didatangkan dari pulau Jawa dan Makassar dengan masih polos, setelah tiba di Kendari baru disablon maupun bordir sesuai dengan pemesannya.