Kendari (Antaranews Sultra) - Produksi gabah petani di Bombana Sulawesi Tenggara selama beberapa tahun terakhir banyak diantarpulaukan ke luar daerah, menyusul tidak adanya sarana gudang penampungan gabah maupun alat pengering saat petani usai panen.

Ketua Kelompok Tani setempat, Ahmad di Kendari, Rabu mengaku bahwa para petani di daerah jarang menampung hasil produksinya, dan kalaupun ada yang disimpan hanya untuk kebutuhan makan sehari-hari, sedangkan sisanya langsung dijual kepada pedagang pembeli dengan harga jauh lebih rendah dari harga biasanya.

"Umumnya petani setelah panen, jarang menyimnpang gabah dalam bentuk banyak, karena selain tidak adanya sarana pengeringan gabah, juga gudang penampungan gabah oleh sejumlah pabrik penggilingan padi kapasitasnya terbatas," ujaranya.

Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Hortikultura Bombana Asis Fair mengatakan, sejauh ini produk gabah di Bombana sekitar 70 perser produksinya diantarpulaukan ke luar daerah seperti ke Konawe Selatan dan Konawe yang memiliki alat pengeringan gabah yang super canggih dan kapasitasnya besar.

Ia mengatakan, Pemerintah Bombana, dalam dua tahun terakhir menggenjot produksi padi di daerah itu dan hingga 2022 ditargetkan produksi padi Bombana mencapai 145 ribu ton dari areal persawahan di Bombana yang mencapai 14 ribu hektare.

Asis Fair mengatakan, pencapaian target tersebut memerlukan kerja sama yang solid antarsemua elemen terkait, mulai pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta pemerintah kecamatan dan petani secara umum di wilayah itu.

Pihaknya akan memulai aksi ini pada awal 2018 dengan target 10 persen per tahunnya.

"Kita diberi target pengembangan sektor komoditi padi oleh kepala daerah 10 persen per tahun, kalau bisa pun kita akan melebihi dari itu. Kami targetkan 145 ribu ton itu tercapai hingga akhir periode Bupati Tafdil 2022 nanti," kata Asis.

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024