Kendari (Antaranews Sultra) - Kondisi Museum Negeri Sulawesi Tenggara yang berada di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra sangat memprihatinkan terutama keberadaan benda-benda bersejarah seakan tak mendapat perhatian dan perawatan lagi.
Pantuan di kantor Museum Kendari, Jumat, sejumlah gedung yang dibangun pada era tahun 90-an itu, nampak tak terawat lagi padahal di dalam gedung itu cukup banyak benda-benda bersejarah yang seharusnya setiap tahun mendapat perawatan, kini tak pernah lagi dilakukan karena tidak adanya anggaran untuk itu.
"Kita sayangkan, benda-benda bersejarah di dalam gedung ini tidak semuanya dipamerkan, namun disimpan dalam gudang tertutup, karena terbatasnya ruang pamer koleksi," kata Yuni (22), salah seorang mahasiswa perguruang tinggi yang berkunjuung untuk mencari tambahan literatur karya ilmiah mata kuliah sejarah.
Menurut dia, seharusnya museum yang merupakan satu-satunya kantor yang menyimpan ribuan koleksi bersejarah itu mendapat perhatian pemerintah provinsi terutama dalam hal anggaran perawatan koleksi dan penyimpanan barang agar tetap terawat dengan baik dan aman.
"Museum sebagai pusat kunjungan bagi pelajar sekolah dasar hingga mahasiswa harus mendapat perhatian pemerintah terutama dalam hal anggaran perawatan, sehingga koleksi yang ada di dalam gedung pameran itu tetap awet dan aman," katanya.
Kepala UPTD Musem dan Taman Budaya Diknas Provinsi Sultra, Dody Syarul Syah mengatakan selama beberapa tahun terakhir anggaran perawatan barang-barang koleksi nyaris tidak ada, namun demikian pegawai dan karyawan museum yang jumlahnya belasan orang itu tetap menjaga dan memelihara sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
Ia mengatakan, Museum Sultra memiliki kurang lebih 5000 benda koleksi, tetapi yang dipajang hanya sekitar 200-250 koleksi, yang lainnya ditumpuk di gudang, hal ini disebabkan keterbatasan ruangan dan juga anggaran untuk perawatan yang lebih baik.
Namun tahun 2018 ini, kata Dody, secara perlahan pihaknya mulai dibenahi terutama bangunan rumah adat yang beberapa tahun ini kosong, kini sudah mulai direnovasi dengan dana swadaya dari karyawan, dengan harapan bisa menempatkan sejumlah barang-barang antik untuk dipamerkan dan dijadikan objek para pengunjung yang datang.
"Kami mengharapkan, dengan keberadaan benda-benda bersejarah tetap terpelihara dan terawat maka sewajarnya pemerintah provinsi mengalokasikan dana setiap tahunnya," ujar Dody.
Pantuan di kantor Museum Kendari, Jumat, sejumlah gedung yang dibangun pada era tahun 90-an itu, nampak tak terawat lagi padahal di dalam gedung itu cukup banyak benda-benda bersejarah yang seharusnya setiap tahun mendapat perawatan, kini tak pernah lagi dilakukan karena tidak adanya anggaran untuk itu.
"Kita sayangkan, benda-benda bersejarah di dalam gedung ini tidak semuanya dipamerkan, namun disimpan dalam gudang tertutup, karena terbatasnya ruang pamer koleksi," kata Yuni (22), salah seorang mahasiswa perguruang tinggi yang berkunjuung untuk mencari tambahan literatur karya ilmiah mata kuliah sejarah.
Menurut dia, seharusnya museum yang merupakan satu-satunya kantor yang menyimpan ribuan koleksi bersejarah itu mendapat perhatian pemerintah provinsi terutama dalam hal anggaran perawatan koleksi dan penyimpanan barang agar tetap terawat dengan baik dan aman.
"Museum sebagai pusat kunjungan bagi pelajar sekolah dasar hingga mahasiswa harus mendapat perhatian pemerintah terutama dalam hal anggaran perawatan, sehingga koleksi yang ada di dalam gedung pameran itu tetap awet dan aman," katanya.
Kepala UPTD Musem dan Taman Budaya Diknas Provinsi Sultra, Dody Syarul Syah mengatakan selama beberapa tahun terakhir anggaran perawatan barang-barang koleksi nyaris tidak ada, namun demikian pegawai dan karyawan museum yang jumlahnya belasan orang itu tetap menjaga dan memelihara sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
Ia mengatakan, Museum Sultra memiliki kurang lebih 5000 benda koleksi, tetapi yang dipajang hanya sekitar 200-250 koleksi, yang lainnya ditumpuk di gudang, hal ini disebabkan keterbatasan ruangan dan juga anggaran untuk perawatan yang lebih baik.
Namun tahun 2018 ini, kata Dody, secara perlahan pihaknya mulai dibenahi terutama bangunan rumah adat yang beberapa tahun ini kosong, kini sudah mulai direnovasi dengan dana swadaya dari karyawan, dengan harapan bisa menempatkan sejumlah barang-barang antik untuk dipamerkan dan dijadikan objek para pengunjung yang datang.
"Kami mengharapkan, dengan keberadaan benda-benda bersejarah tetap terpelihara dan terawat maka sewajarnya pemerintah provinsi mengalokasikan dana setiap tahunnya," ujar Dody.