Kendari (Antara Sultra) - Puluhan wartawan yang tergabung dalam Forum Jurnalis Kendari, Sulawesi Tenggara, menggelar diskusi dengan tema "Ancaman Demokrasi Sultra", di Kendari, Kamis malam.
Diskusi yang dipandu jurnalis senior di Kendari, Nasir Idris, menghadirkan pembicara utama yakni Rektor Universitas Lakidende, Prof Dr Ir La Ode Masihu Kamaluddin, M.Eng., MSc.
"Dari tema Ancaman Demorasi Sultra tersebut saya anggap sangat tepat dan relevan untuk kita diskusikan di forum para jurnalis, terutama dalam menyikapi agenda politik di Sultra pada 2018," kata Masihu.
Menurut dia, dari tema diskusi itu ada tiga hal yang bisa menjadi bahan utama diskusi yakni ancaman demokrasi, proses demokrasi yang seharusnya terjadi dan ketiga adalah Sultra dengan jumlah pemilih hanya sekelas Kabupaten Bogor tetapi memiliki kekayaan alam yang luar biasa.
"Sultra ini menjadi urutan keenam terkaya di Indonesia," kata mantan Rekror Unisula Semarang ini.
Ia mengatakan, salah satu yang menjadi ancaman demokrasi adalah klaim seseorang calon telah mendapatkan dukungan partai, sementara partai itu sendiri belum mengeluarkan bukti dukungan.
"Kalau yang terjadi seperti ini maka itulah yang disebut dengan kebohongan publik, kita harus sama-sama melawan itu," ujarnya.
Sementara proses demokrasi di Sultra kata Masihu, saat ini sungguh sangat mengkhawatirkan bagi para pencinta demokrasi, karena jauh-jauh hari sudah ada bakal calon Gubernur yang menyatakan akan melawan kotak kosong.
"Kemudian, Sultra yang merupakan daerah kaya di Indonesia dengan sumber daya alam seperti tambang, lautan, hutan, dan pertanian, namun masih saja tertinggal dibanding dengan daerah lain.
Dalam diskusi itu, Masihu menekanakan dari setiap penanya agar melawan kebohongan publik dan selamatkan pilgub dari melawan kotak kosong.
Diskusi yang dipandu jurnalis senior di Kendari, Nasir Idris, menghadirkan pembicara utama yakni Rektor Universitas Lakidende, Prof Dr Ir La Ode Masihu Kamaluddin, M.Eng., MSc.
"Dari tema Ancaman Demorasi Sultra tersebut saya anggap sangat tepat dan relevan untuk kita diskusikan di forum para jurnalis, terutama dalam menyikapi agenda politik di Sultra pada 2018," kata Masihu.
Menurut dia, dari tema diskusi itu ada tiga hal yang bisa menjadi bahan utama diskusi yakni ancaman demokrasi, proses demokrasi yang seharusnya terjadi dan ketiga adalah Sultra dengan jumlah pemilih hanya sekelas Kabupaten Bogor tetapi memiliki kekayaan alam yang luar biasa.
"Sultra ini menjadi urutan keenam terkaya di Indonesia," kata mantan Rekror Unisula Semarang ini.
Ia mengatakan, salah satu yang menjadi ancaman demokrasi adalah klaim seseorang calon telah mendapatkan dukungan partai, sementara partai itu sendiri belum mengeluarkan bukti dukungan.
"Kalau yang terjadi seperti ini maka itulah yang disebut dengan kebohongan publik, kita harus sama-sama melawan itu," ujarnya.
Sementara proses demokrasi di Sultra kata Masihu, saat ini sungguh sangat mengkhawatirkan bagi para pencinta demokrasi, karena jauh-jauh hari sudah ada bakal calon Gubernur yang menyatakan akan melawan kotak kosong.
"Kemudian, Sultra yang merupakan daerah kaya di Indonesia dengan sumber daya alam seperti tambang, lautan, hutan, dan pertanian, namun masih saja tertinggal dibanding dengan daerah lain.
Dalam diskusi itu, Masihu menekanakan dari setiap penanya agar melawan kebohongan publik dan selamatkan pilgub dari melawan kotak kosong.