Bandung, Antara Sultra - Presiden Joko Widodo menyatakan sempat shock saat mengetahui putra sulungnya yakni Gibran Rakabuming Raka memutuskan untuk berjualan martabak.
"Anak saya yang pertama tahu-tahu datang ke saya, Pak saya mau jualan martabak. Coba ini (perusahaan saya) sudah ada, sudah gede tinggal diterusin, digedein, jualan martabak. Saya shock ketika itu," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menjadi pembicara kunci dalam acara Entrepreneurs Wanted! (EW!) di Gedung Sasana Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Senin.
Namun ia yang awalnya tak setuju anaknya berjualan martabak malah terkejut ketika usaha putra sulungnya itu kian besar bahkan melampaui usaha meubel yang dirintisnya.
Presiden Jokowi mengaku tidak menyangka jika brand value usaha martabak Gibran yang dibangun dengan brand Markobar justru berkembang lima kali lipat lebih besar ketimbang pabrik meubelnya yang dirintis selama 27 tahun.
Untuk mencapai valuasi tersebut juga Markobar hanya memerlukan waktu tidak lebih dari lima tahun.
"Baru lima tahun brand value pabrik yang saya miliki dengan brand value Gibran kalah, Gibran lima kali lebih nilainya, lebih gede martabaknya," katanya.
Hal itulah yang kemudian membuatnya sadar bahwa pengusaha generasi lama kerap kali terjebak mengurus fixed asset termasuk volume pabrik, jumlah karyawan, hingga kinerja ekspor.
Padahal hal yang justru sangat penting dan laku dijual saat ini adalah brand value.
"Belum urusan martabak rampung, anak saya yang kecil yang selalu saya bujuk-bujuk untuk nerusin usaha saya, kira-kira tiga bulan lalu bilang `Pak saya mau jualan pisang goreng`," katanya.
Presiden Jokowi mengaku tak ingin menolak keinginan putra bungsunya untuk berjualan pisang goreng karena belajar dari pengalaman sebelumnya soal martabak.
Ia meyakini bahwa bisnis yang dijalankan anak muda akan lebih cepat berkembang lantaran generasi muda saat ini memiliki ruang interaksi dan ekspresi tanpa batas dengan kecepatan yang tinggi.
"Anak muda sekarang kan eksistensi tanpa henti namun penuh gaya," katanya.
"Anak saya yang pertama tahu-tahu datang ke saya, Pak saya mau jualan martabak. Coba ini (perusahaan saya) sudah ada, sudah gede tinggal diterusin, digedein, jualan martabak. Saya shock ketika itu," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menjadi pembicara kunci dalam acara Entrepreneurs Wanted! (EW!) di Gedung Sasana Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Senin.
Namun ia yang awalnya tak setuju anaknya berjualan martabak malah terkejut ketika usaha putra sulungnya itu kian besar bahkan melampaui usaha meubel yang dirintisnya.
Presiden Jokowi mengaku tidak menyangka jika brand value usaha martabak Gibran yang dibangun dengan brand Markobar justru berkembang lima kali lipat lebih besar ketimbang pabrik meubelnya yang dirintis selama 27 tahun.
Untuk mencapai valuasi tersebut juga Markobar hanya memerlukan waktu tidak lebih dari lima tahun.
"Baru lima tahun brand value pabrik yang saya miliki dengan brand value Gibran kalah, Gibran lima kali lebih nilainya, lebih gede martabaknya," katanya.
Hal itulah yang kemudian membuatnya sadar bahwa pengusaha generasi lama kerap kali terjebak mengurus fixed asset termasuk volume pabrik, jumlah karyawan, hingga kinerja ekspor.
Padahal hal yang justru sangat penting dan laku dijual saat ini adalah brand value.
"Belum urusan martabak rampung, anak saya yang kecil yang selalu saya bujuk-bujuk untuk nerusin usaha saya, kira-kira tiga bulan lalu bilang `Pak saya mau jualan pisang goreng`," katanya.
Presiden Jokowi mengaku tak ingin menolak keinginan putra bungsunya untuk berjualan pisang goreng karena belajar dari pengalaman sebelumnya soal martabak.
Ia meyakini bahwa bisnis yang dijalankan anak muda akan lebih cepat berkembang lantaran generasi muda saat ini memiliki ruang interaksi dan ekspresi tanpa batas dengan kecepatan yang tinggi.
"Anak muda sekarang kan eksistensi tanpa henti namun penuh gaya," katanya.