Kendari, Antara Sultra - Pemerintah Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, mendorong pengembangan tenun lokal daerah itu dengan sistem pewarnaan alam.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranada) Muna, Yanti Setiawati, di Kendari, Senin, mengatakan alasan mengembangkan tenun pewarnaan alam karena nilai jualnya bisa sepuluh kali lipat dibanding kain tanpa pewarnaan alam.

"Kalau tenun pewarnaan biasa hanya ratusan ribu harganya per lembar, sedangkan memakai pewarnaan alam mencapai jutaan harganya per lembar," katanya.

Menurut Yanti, tenun hasil pewarnaan alam dari Muna saat ini sudah dipasarkan ke tingkat nasional hingga internasional.

"Tenunan pewarnaan alam dari Muna sudah dikenal luas, karena kami gencar melakukan promosi tidak hanya skala daerah, tetapi juga nasional melalui pameran," katanya.

Yang menjadi kendala saat ini kata Yanti, karena gencarnya promosi itu sehingga permintaan juga semakin tinggi, dan tidak bisa dipenuhi oleh para perajin.

"Karena untuk menghasilkan satu lembar kain saja butuh beberapa hari, makanya wajar jika harganya tinggi," katanya.

Kendala berikutnya kata Yanti, adalah kekurangan bahan baku untuk tenun berkualitas atau benang untuk dibuat pewarnaan alam.

"Para penenun sangat membutuhkan benang yang akan menjadi bahan baku pewarnaan alam sebelum ditenun," ujarnya.

Pewarta : Suparman
Editor :
Copyright © ANTARA 2024