Kendari,  Antara Sultra - Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Tenggara, Abdul Kadir mengatakan peringatan Hari Santri merupakan momentum pengakuan terhadap eksistensi santri dan pondok pesantren sebagai bagian dari perjuangan bangsa.

"Perayaan hari santri memberikan penegasan dua hal, yakni pemerintah akui peran pondok sebagai bagian penting dalam sejarah terbentuknya Indonesia merdeka. Kedua, memberikan ruang, kesempatan sekaligus pengakuan bahwa pondok pesantren itu adalah anak bangsa yang statusnya sama dengan sekolah negeri lain," ucapnya di Kendari, Senin.

Dikatakan, bagi anak pondok pesantren atau santri, setiap ada peringatan ini akan menjadi semangat dan spirit baru yang bisa menumbuhkan semangat baru dan motivasi baru dalam perjalanannya menuntut ilmu.

"Sebagai santi yang masih belajar, maka harus memahami dan memanfaatkan kasempatan selama di pondok untuk terus belajar," katanya.

Menurut Kadir, pemilik masa depan itu salah satunya adalah mereka yang memanfaatkan kesempatan untuk belajar selama di pondok.

Abdul Kadir juga yakin, kalau isu radikalisme yang menjadi buah bibir saat ini tidak lahir dari pondok, karena ciri pondok selalu ada kyai, ada masjid, menelaah ajaran dari sumbernya.

"Insya Allah, anak madrasah atau santri yang belajar dengan baik di pondok mampu menjadi pengaruh Islam dan menjadi bagian umat Islam yang rahmatan lilalamiin," katanya.

Disebutkan, jumlah pondok pesantren di Sultra saat ini 98 unit yang tersebar di 17 kabupaten kota, dan terbanyak di Kabupaten Konawe Seatan dan Kabupaten Konawe.

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024