Kendari, Antara Sultra - Pasar Sentral Wua-Wua yang dibangun pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), menuai protes dari sejumlah pedagang akibat sepinya pembeli di pasar tersebut pasca diresmikannya awal tahun 2017.
Pantauan di pasara Wua-Wua, Kamis, sejumlah pedagang setempat mengaku bahwa pengunjung yang datang setiap hari ke tokonya, tak kurang hanya belasan orang saja, dan itu pun tidak hanya sekedar jalan dan melihat saja.
"Bila kami hitung dalam setiap hari, dari 15-20 orang yang masuk dalam toko maupun kios kami, yang berbelanja hanya kurang dari 10 orang saja," ujar, Ny Ati, penjual sepatu dan pakaian seragam sekolah.
Keluhan para pedagang yang dulunya menjual di pasar panjang Bonggoeya itu, patut dihargai karena anehnya, walaupun pemerintah sudah memindahkan pedagang ke pasar Wua-Wua, namun belakangan pedagang justru banyak yang kembali ke pasar tradisional di pasar panjang itu.
Pedagang juga protes kalau pemerintah kota Kendari tidak tegas untuk menutup pasar panjang tersebut. Sehingga para pedagang masih saja berjualan dan mendirikan kembali kios yang sudah pernah digusur.
"Pemerintah kurang tegas dalam mengambil sikap agar menutup pasar panjang tersebut. Sebab kalau tidak, di sini pasti akan sepi terus," ungkap, Sopian, pedagang beras lainnya.
Ia mengatakan, pasca direlokasikan ke pasar Wua-Wua hasil penjualan diakuinya minim dan tidak seperti saat masih menjual di pasar panjang yang bisa meraup omzet jutaan rupiah per minggunya.
"Terus terang, pernah dalam sehari kami tidak kedatangan pembeli. Sehingga kondisi inilah yang membuat kami kesal, dan bisa saja memicu untuk pindah kembali kepasar panjang," ujar Hari pemilik kios yang menjual barang campuran.
Pantauan di pasara Wua-Wua, Kamis, sejumlah pedagang setempat mengaku bahwa pengunjung yang datang setiap hari ke tokonya, tak kurang hanya belasan orang saja, dan itu pun tidak hanya sekedar jalan dan melihat saja.
"Bila kami hitung dalam setiap hari, dari 15-20 orang yang masuk dalam toko maupun kios kami, yang berbelanja hanya kurang dari 10 orang saja," ujar, Ny Ati, penjual sepatu dan pakaian seragam sekolah.
Keluhan para pedagang yang dulunya menjual di pasar panjang Bonggoeya itu, patut dihargai karena anehnya, walaupun pemerintah sudah memindahkan pedagang ke pasar Wua-Wua, namun belakangan pedagang justru banyak yang kembali ke pasar tradisional di pasar panjang itu.
Pedagang juga protes kalau pemerintah kota Kendari tidak tegas untuk menutup pasar panjang tersebut. Sehingga para pedagang masih saja berjualan dan mendirikan kembali kios yang sudah pernah digusur.
"Pemerintah kurang tegas dalam mengambil sikap agar menutup pasar panjang tersebut. Sebab kalau tidak, di sini pasti akan sepi terus," ungkap, Sopian, pedagang beras lainnya.
Ia mengatakan, pasca direlokasikan ke pasar Wua-Wua hasil penjualan diakuinya minim dan tidak seperti saat masih menjual di pasar panjang yang bisa meraup omzet jutaan rupiah per minggunya.
"Terus terang, pernah dalam sehari kami tidak kedatangan pembeli. Sehingga kondisi inilah yang membuat kami kesal, dan bisa saja memicu untuk pindah kembali kepasar panjang," ujar Hari pemilik kios yang menjual barang campuran.