Kendari, Antara Sultra - Anggota DPRD Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, Amsir mendorong Pemerintah Kabupaten Buton, mengembangkan pariwisata budaya yang potensinya di kabupaten itu cukup besar.

"Kabupaten Buton merupakan daerah bekas kerajaan dan kesultanan Buton yang didalamnya memiliki beragam jenis budaya dan situs peninggalan sejarah masa lampau," katanya.

Berbagai tradisi budaya masyarakat Buton tersebut kata dia, antara lain `pedole-dole`, `posou` atau `pekande-kadea`.

Menurut dia, `pedole-pedola` merupkan tradisi ritual masyarakat Buton mengguling-gulingkan anak balita di atas daun pisang yang dilumuri minyak kelapa.

Masyarakat Buton kata dia, meyakini anak balita yang mengikuti ritual tersebut setelah tumbuh desa akan menjadi generasi tangguh yang mampu menghadapi segala tantangan zaman sesulit apa pun tantangan yang dihadapi tersebut.

Sementara tradisi `posou` merupakan tradisi masyarakat Buton dalam mengislamkan anak perempuan sebelum memasuki masa perkawinan atau menjalani kehidupan berumah tangga.

"Melalui ritual `posuo` anak-anak gadis dibimbing dan digembleng oleh tetua adat dengan berbagai pengetahuan dalam menjalani kehidupan rumah tangga," katanya.

Ritual tersebut hanya diikuti oleh anak-anak gadis kata dia, karena dalam tananan masyarakat Buton, kaum perempuan dianggap sebagai `miana banua` atau orang rumah yang memikul segala tanggung jawab besar, membesarkan anak dan melindungi kehormatan keluarga.

Sedangkan tradisi `pakende-kandea` kata dia, merupakan tradisi masyarakat Buton masa lampau dalam menjamu makan bagi tamu-tamu kehormatan daerah.

"Pada tradisi makan ini, setiap tamu saat makan, dilayani oleh seorang gadis atau perempuan dewasa dengan cara disuapi," katanya.

Bila bergama budaya tersebut dikembangkan dengan baik kata dia, maka akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung atau beribur di Buton.

Pewarta : agus
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024