Mamuju (Antara News) - Dewan Kebudayaan Mandar (DKM) untuk pertama kalinya menggagas kongres Kebudayaan Maritim sebagai warisan budaya di wilayah Provinsi Sulawesi Barat.

           "Kongres Kebudayaan Maritim ini akan dilaksanakan medio pertengahan November 2016. Segala persiapan telah dimaksimalkan dalam suksesi kongres yang pertama kalinya dilaksanakan di daerah ini," kata Ketua DKM, Muhaimin Faisal di Mamuju, Selasa.

           Menurutnya, keberadaan peradaban maritim Mandar juga tidak dapat dipisahkan dengan peristiwa permusyarwaratan yang diselenggarakan di Luyo Tabasalah yang menghasilkan perjanjian Allamungan Batu di Luyo. Isi pokok perjanjian itu adalah kesepakatan bersama untuk menjamin ketentraman kerajaan-kerajaan persekutuan.

           Itulah sebabnya pengaturannya adalah Pitu Ulunna Salu (Tujuh Kerajaan Hulu Sungai) mengemban kewajiban menangkal musuh yang datang dari arah pedalaman sementara Pitu Babana Binanga (Tujuh Kerajaan Muara Sungai) menangkal musuh yang datang dari arah laut.

           "Persekutuan itu di ibaratkan bagaikan sebuah pupil mata yang terpadu warna hitam dan putih, paduan yang mengfungsikan mata. Perjanjian Luyo ini kemudian dikenal dengan istilah Sipamandar yang berarti saling kuat menguatkan. Suatu perjanjian yang mirip dengan perjanjian  pakta pertahanan di era modern saat ini," tuturnya.

           Ia menyampaikan, sejarah kebudayaan maritim peradaban Mandar telah berlangsung sejak berabad-abad lampau. Namun sangat sulit mencari literasi dan referensi yang membahas tentang sejarah kebudayaan maritim peradaban Mandar.

           Seperti halnya sejarah lainnya yang dituliskan pada era kolonial dan pasca-kolonial, orientasi sejarah tersebut lebih merujuk pada sejarah kontinental, sejarah yang hanya berkisar kepada pulau yang terpisah-pisah tulisan-tulisan sejarah yang lebih merujuk pada sejarah berdirinya kerajaan-kerajaan dan kejadian-kejadian yang berlangsung di daratan.  

           Pentingnya memahami sejarah kebudayaan maritim ini adalah untuk merekonstruksi dinamika kebudayaan maritim di Nusantara yang pernah jaya dimasa lampau, jauh sebelum kolonialisme tiba di Nusantara.

           "Kebudayaan Mandar yang sangat erat dengan dinamika kemaritiman adalah salah satu warisan budaya dari era kejayaan maritim Nusantara yang hingga saat ini masih menyisakan kebesaran dan kegemilangan maritim bangsa Indonesia dimasa lampau. Kota-kota kerajaan yang berada di pesisir pantai di wilayah Sulawesi Barat ini dulunya adalah kota-kota pelabuhan yang menjadi titik simpul perdagangan laut yang juga menjadi tempat berkumpulnya kapal-kapal dagang dari berbagai wilayah di dunia. Kota-kota pelabuhan tersebut merupakan market place dimana berbagai kegiatan ekonomi, politis dan kebudayaan berlangsung, berinteraksi dan berakulturasi," jelas Muhaimin.

           Atas dasar inilah kata dia, maka Kongres Kebudayaan Maritim Mandar yang diharapkan menjadi titik tolak baru dalam membangun kebudayaan Mandar. Kongres kebudayaan yang akan dilaksanakan untuk pertama kalinya ini, akan memfokuskan pokok bahasannya kepada kebudayaan maritim masyarakat  Mandar.

            "Kongres kebudayaan ini akan membahas dinamika dari berbagai aspek kebudayaan maritim masyarakat Mandar melalui suatu tawaran cara pandang yang lain, yaitu ¿melihat Mandar dari laut¿," terangnya lagi.

            Muhaimin menambahkan, Kongres Kebudayaan Mandar ini akan mengundang para pakar dan ahli dari berbagai bidang, khususnya pada bidang kemaritiman sebagai pembicara dan narasumber. Kongres yang mengangkat tema Kebudayaan Maritim Mandar dengan mengangkat tema "Masa Lalu, Hari Ini dan Masa Depan.

            Kegiatan ini juga akan dilaksanakan beberapa program kegiatan lain seperti pameran buku dan literasi kebudayaan Mandar, pertunjukan seni budaya, pemutaran film dokumenter dan pameran fotografi serta beberapa kegiatan pendukung lainnya.

           Gubernur Provinsi Sulawesi Barat diharapkan akan membuka dengan resmi kongres ini sekaligus menyampaikan pandangannya pada Kongres Kebudayaan Mandar 2016 ini.

            Dewan Kebudayaan Mandar dan Pijar Production menargetkan Kongres Kebudayaan Mandar 2016 ini akan dihadiri oleh 150 orang peserta yang berasal dari beragam latar belakang pendidikan, profesi dan keahlian, khususnya dibidang kebudayaan dan kemaritiman.

            Ia mengajak seluruh masyarakat, pemerintah, pihak swasta, seniman, budayawan, kalangan akademisi, pegiat dan aktivis budaya serta kalangan profesional untuk bekerjasama mensukseskan pelaksanaan kongres ini.

Pewarta : Aco Ahmad
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024