Sarapan pagiku belum habis disantap. Tiba-tiba aku dikejutkan suara telepon rekanku di Ambon, Alex Sariwating, yang akan membuat berita flash tentang meninggalnya Ketua Penasihat PWI Pusat Tarman Azzam.
Aku pun terkaget-kaget. Karena terasa belum lama saling ngobrol di kantor Dewan Pers Jalan Kebon Sirih, Jakarta. Tarman saat itu baru saja pulang dari Gedung DPR RI untuk berbicara berbagai hal tentang perundang-undangan di negeri ini yang dirasakan sudah tak sesuai lagi dengan zaman.
Air mata terasa mengalir dan sulit dibendung. Sosok Tarman di mataku telah banyak memberi motivasi dalam bekerja tatkala berada dalam situasi "terhimpit" dalam liputan konflik sosial di Kalimantan Barat (Kalbar).
Tarman pernah datang ke Pontianak dan memotivasiku agar dalam membuat berita tetap independen, berimbang dan tetap mengindahkan kode etik jurnalistik.
Aku masih terasa tidak percaya Taman Azam telah meninggal dunia. Tetapi fakta lain, rekanku di Ambon itu menyatakan mantan ketua PWI Pusat itu meninggal pada Jumat, tepatnya Pukul 09.30 WIT.
Almarhum Tarman yang berada di Ambon dalam rangka mewakili Ketua Umum PWI Pusat, Margiono meluncurkan HPN 2017 tingkat lokal pada 8 September 2016 meninggal di hotel Manise.
Mantan Ketua Umum PWI ini berada di Ambon sejak Rabu (7/9) siang dan menginap di kamar 300. Sebelum menghadiri peluncuran HPN lokal, ia menyempatkan diri mengunjungi pesona wisata belut air tawar maupun pantai desa Tulehu dan pantai Liang, Kecamatan Salahutu, pulau Ambon.
Jenazah almarhum saat ini disemayamkan di Rumah Sakit Tentara Dr Latumeten, Kota Ambon.
Penjabat Ketua PWi Provinsi Maluku Fredom Toumahu membenarkan meninggalnya almarhum Tarman Hazam dan merasa kehilangan sosok pemimpin yang bersahaja.
Tarman sudah memimpin PWI sebagai Ketua Umum selama dua periode 1998-2008.
Bersama Rosihan Anwar, Tarman Azzam pernah menerima anugerah sebagai Tokoh wartawan Dunia Melayu dari Persatuan Bekas wartawan Berita Harian Malaysia.
Pemberian anugerah itu diberikan oleh Menteri Besar Selangor Dr Mohamad Khir Toyo dan Presiden Persatuan Bekas wartawan Berita Harian Malaysia (PBWBHM) di sebuah hotel di Petaling Jaya, Selangor, 1987.
Margiono Terpilih Menjadi Ketua PWI Direktur Jawa Pos Margiono terpilih menjadi Ketua Umum PWI periode 2008-2013. Ia berhasil mengumpulkan suara terbanyak dalam pemungutan suara pada Kongres XXII organisasi itu di Banda Aceh, Selasa (29/7/2008).
Margiono berhasil mengumpulkan 58 dari total 95 suara yang berhak ikut pemungutan suara. Sementara tiga pesaing lainnya, Parni Hadi dan Wina Armada masing-masing 13 suara, serta Dhimam Abror hanya 11 suara.
Proses pemungutan suara yang berlangsung 22.30 WIB itu diikuti 34 cabang di seluruh Indonesia. Masing-masing cabang memiliki hak suara yang berbeda, menurut jumlah anggota, mulai dari satu sampai tujuh suara.
Aku pun terkaget-kaget. Karena terasa belum lama saling ngobrol di kantor Dewan Pers Jalan Kebon Sirih, Jakarta. Tarman saat itu baru saja pulang dari Gedung DPR RI untuk berbicara berbagai hal tentang perundang-undangan di negeri ini yang dirasakan sudah tak sesuai lagi dengan zaman.
Air mata terasa mengalir dan sulit dibendung. Sosok Tarman di mataku telah banyak memberi motivasi dalam bekerja tatkala berada dalam situasi "terhimpit" dalam liputan konflik sosial di Kalimantan Barat (Kalbar).
Tarman pernah datang ke Pontianak dan memotivasiku agar dalam membuat berita tetap independen, berimbang dan tetap mengindahkan kode etik jurnalistik.
Aku masih terasa tidak percaya Taman Azam telah meninggal dunia. Tetapi fakta lain, rekanku di Ambon itu menyatakan mantan ketua PWI Pusat itu meninggal pada Jumat, tepatnya Pukul 09.30 WIT.
Almarhum Tarman yang berada di Ambon dalam rangka mewakili Ketua Umum PWI Pusat, Margiono meluncurkan HPN 2017 tingkat lokal pada 8 September 2016 meninggal di hotel Manise.
Mantan Ketua Umum PWI ini berada di Ambon sejak Rabu (7/9) siang dan menginap di kamar 300. Sebelum menghadiri peluncuran HPN lokal, ia menyempatkan diri mengunjungi pesona wisata belut air tawar maupun pantai desa Tulehu dan pantai Liang, Kecamatan Salahutu, pulau Ambon.
Jenazah almarhum saat ini disemayamkan di Rumah Sakit Tentara Dr Latumeten, Kota Ambon.
Penjabat Ketua PWi Provinsi Maluku Fredom Toumahu membenarkan meninggalnya almarhum Tarman Hazam dan merasa kehilangan sosok pemimpin yang bersahaja.
Tarman sudah memimpin PWI sebagai Ketua Umum selama dua periode 1998-2008.
Bersama Rosihan Anwar, Tarman Azzam pernah menerima anugerah sebagai Tokoh wartawan Dunia Melayu dari Persatuan Bekas wartawan Berita Harian Malaysia.
Pemberian anugerah itu diberikan oleh Menteri Besar Selangor Dr Mohamad Khir Toyo dan Presiden Persatuan Bekas wartawan Berita Harian Malaysia (PBWBHM) di sebuah hotel di Petaling Jaya, Selangor, 1987.
Margiono Terpilih Menjadi Ketua PWI Direktur Jawa Pos Margiono terpilih menjadi Ketua Umum PWI periode 2008-2013. Ia berhasil mengumpulkan suara terbanyak dalam pemungutan suara pada Kongres XXII organisasi itu di Banda Aceh, Selasa (29/7/2008).
Margiono berhasil mengumpulkan 58 dari total 95 suara yang berhak ikut pemungutan suara. Sementara tiga pesaing lainnya, Parni Hadi dan Wina Armada masing-masing 13 suara, serta Dhimam Abror hanya 11 suara.
Proses pemungutan suara yang berlangsung 22.30 WIB itu diikuti 34 cabang di seluruh Indonesia. Masing-masing cabang memiliki hak suara yang berbeda, menurut jumlah anggota, mulai dari satu sampai tujuh suara.